Mencari Dawai bag.2
Setahun Kemudian Violina atau Vio sedang berlari sekuat tenaga. Dia sudah telat tigapuluh menit untuk mengikuti acara Orientasi untuk Mahasiswa baru. “Kakak-kakak!” teriaknya memanggil seorang anak lelaki berambut gondrong sebahu berjerawat dengan balutan almamater hitam sehingga terlihat makin garang yang kebetulan dilihatnya, “Maaf, Kak,” ucapnya dengan nafas yang memburu sambil memegangi lututnya, “ruangan untuk jurusan arsitektur dimana ya?” Anak lelaki yang diduga merupakan senior tingkat dua itu memperhatikan gadis itu dengan seksama, “Anak baru, ya?” tanyanya akhirnya. “I-iya, Kak!” jawab Vio masih dengan nafas yang memburu. “Kamu tahu kamu sudah telat berapa menit?” “Ng… setengah jam bukan?” “Sudah tahu telat ngapain pake nyengir segala!” bentak senior itu, “ya sudah, ikut saya sekarang!” lanjutnya lagi. Vio mengikuti kakak senior itu. Ternyata dia malah dibawa kesebuah lapangan yang juga sudah ada sekitar lebih dari sepuluh orang anak lelaki yang juga mahasiswa baru dan sedang...