Pemenang Give Away One More Chance, Hana Cuncun

Hai-hai, setelah sekian lama, akhirnya aku bisa memenuhi janji untuk memasukkan artikel yang ditulis oleh para pemenang Give Away One More Chance. Sooo..., selama membaca. Kali ini dari Hana Cuncun ;) https://www.facebook.com/Hazesmooth



3 Harapanku
Bukankah waktu hidup manusia takkan pernah bisa ditebak sampai kapan? Andai kata hidupku tak banyak, tentulah ada harapan-harapan yang sangat ingin aku capai. Karena aku tak ingin ada penyesalan ketika nyawaku sudah lepas dari raga.
Aku bekerja di tempat di mana ada banyak anak-anak di dalamnya. Padahal aku nyatanya adalah seseorang yang kaku dan tak bisa dengan mudahnya cepat akrab dengan orang lain apalagi bisa disukai anak-anak kecil itu. Lalu ketika aku melihat seorang teman yang bisa dengan mudah membuat anak-anak yang susah untuk ditangani itu tunduk dengan cepatnya, aku merasa iri. Aku bertanya-tanya bagaimana dia bisa dengan mudahnya disukai sedangkan aku tidak? Aku sangat ingin sepertinya. Di manapun dia berada, orang-orang dengan mudah merasakan kenyamanan dan menjadi akrab dengannya. Aku berharap aku ingin memiliki banyak orang yang menyadari kehadiranku. Oke! Ini terdengar terlalu muluk tapi seandainya suatu ketika aku pergi, aku ingin meninggalkan kenangan yang membekas dalam ingatan mereka. Aku ingin diakui menjadi sosok yang berharga. Bukan hanya seseorang yang cuma numpang lewat dalam kehidupan banyak orang yang hanya sebentar diingat lalu dengan cepat dilupakan. Ini harapan yang sulit. Aku tahu itu…
Dulu aku sangat menginginkan bisa menghasilkan sebuah karya yang mampu menggugah pembacanya. Satu saja. Sekali saja aku ingin tulisanku bisa dibaca oleh semua orang. Dan seperti para penulis hebat di luar sana, aku ingin bisa menginspirasi siapa pun yang membacanya dan mereka tak hanya sekedar membeli bukuku, membacanya lalu selesai. Bukan! Bukan itu yang kuinginkan tapi aku ingin apa yang kutuliskan bisa membekas dalam ingatan mereka dan ada sisi positif yang bisa diambil. Sekali saja… Aku ingin tulisan yang kutulis dengan sepenuh hati muncul ke permukaan—terbit.
Dan harapan terakhirku yang masih saja akan sulit terealisasi dan terasa abstrak adalah aku ingin mendengar pernyataan pengakuan dari ayahku. Ayahku adalah seorang yang selalu bersikap diam seolah tak perduli. Sejak kecil mau nilaiku jadi peringkat 1 di sekolah atau banyak merahnya dia tak pernah sekalipun menunjukkan rasa bangganya. Aku memenangkan suatu perlombaan pun dia hanya memasang wajah datar ketika kabar itu sampai ke telinganya. Sekali saja aku ingin mendengarkan suaranya yang mengatakan bahwa aku adalah anaknya yang pernah membuatnya merasa bangga. Sekali saja aku ingin mendengarkan pujian darinya…
***

Komentar

Popular

Keseruan Pertama Kali Bermain Ski di South Korea

Cruise to Alaska

1st Flight Kuala Lumpur part 2