Cruise to Alaska

781

Bismillah.

Hallo, guys, jumpa lagi di blog yang super keren, nyenengin dan ngangenin. Hehehe....
Postingan kali ini, akan beda dari biasanya yang membahas tentang traveling, yaitu review novel CRUISE TO ALASKA yang ditulis oleh Andre Haribawa. Yaaayyy! Aku pribadi belum pernah ke Alaska, nggak kuat ongkosnya euy. Jadi senang banget bisa membaca novel ini. Bisa dapat gambaran seperti apa Alaska itu walaupun hanya di kota pelabuhannya saja.

Oya, kalau pun konsepnya review, tetep aja judulnya ada nama sebuah tempat, kan? Yup, mari kita review buku sekaligus jalan-jalan ke alaska. Kali ini, jalan-jalan kita naik kapal pesiar tapi dari sudut pandang kru kapal. So, bagi kalian yang berniat atau kenal dengan seseorang yang ingin bekerja di kapal pesiar, boleh banget menjadikan buku ini sebagai acuan dan juga hiburan, agar nggak kaget-kaget banget pas bekerja di kapal pertama kalinya.

So, tanpa banyak basa-basi, mari kita mulai reviewnya.


Novel Cruise to Alaska

Judul : Cruise to Alaska
Penulis : Andre Haribawa
Penerbit : Bhuana Sastra
ISBN : 978-623-216-467-3
Jumlah Halaman : 260 halaman

***

Begini kalau jomlo, aku belum pernah patah hati, tapi memendam perasaan sudah teramat sering - Yudis, Cruise to Alaska

***

Blurp 

Yudistira ingin membangun kembali rumah orangtua di desa yang terkena gempa bumi. Demi mewujudkan mimpinya, pria yang akrab dipanggil Yudis ini melamar pekerjaan sebagai pelayan di kapal pesiar. Yudis diterima dan berangkat ke San Fransisco. 
Akan tetapi, bekerja di kapal pesiar ternyata tidak seperti yang dibayangkan banyak orang. Meskipun begitu, ketika dia sakit, dia memilih untuk bertahan dan memohon dikembalikan ke kapal. Dia tidak ingin pulang sebelum berhasil mewujudkan mimpinya: membangun kembali rumah orangtuanya.

***

Membaca dari blurp-nya, aku pikir novel ini akan berkesan serius, tapi bahkan sejak bab pertama pun, pembaca sudah diajak tertawa oleh penulisnya. Kisah dibuka ketika Yudis senang menanti panggilan bekerja di kapal pesiar. Penantian itu pun terjawab ketika ada telepon yang masuk dari agensi terkait. Yudis akan berangkat menuju San Fransisco dalam waktu tiga hari. Wah, waktu yang singkat sekali. Ketika membaca, saya sempat berhenti sebentar di sana.

Ya ampun, San Fransisco kan jauh, masa iya hanya diberi waktu tiga hari dari waktu pemberitahuan? Kan harus pamitan dulu sama keluarga, teman, terus persiapan bawa macam-macam. Iklim di Amerika kan pasti beda ya sama di Indonesia. Etapi, terus saya keingetan, ini kan karena proses menunggunya memang sudah dipangkas sedemikian rupa oleh penulis. Padahal mungkin sudah berbulan-bulan yang lalu, jadi keluarga nggak akan kaget kalau diberikan berita itu. Yudis juga pasti udah pamitan sama teman-temannya berbulan-bulan sebelumnya, karena memang ada satu bagian di mana penulis menceritakan ketika Yudis diledek oleh teman-temannya karena tidak kunjung berangkat.

Ah, maafkan aku yang emang suka ribet sendiri. Hehehe....

Lanjut.

Akhirnya Yudis mendarat di San Fransisco. Sebelumnya dia sudah dibriefing sama staf di Jakarta apa-apa aja yang harus dia lakukan, yaitu begitu turun dari pesawat, dia harus langsung nelepon. Tentu saja Yudis kesulitan, karena dia tidak punya koin sama sekali. Beruntung, ada seorang wanita yang bekerja di kapal pesiar yang sama. Akhirnya wanita itu yang meneleponnya. Tak lama datang jemputan. Yudis pun menginap di hotel bintang lima, tapi tentu saja begitu pun dengan kru-kru kapal lainnya. Ada ratusan orang di hotel tersebut.

Baru juga sampai hotel, masalah sudah muncul. Karena banyaknya orang, pembagian kamar pun sempat kacau. Tapi Yudis tetap dapat kamar, bahkan dia mendapat kamar untuk dirinya saja. Ketika sarapan esoknya, Yudis pun berkenalan dengan Cici, salah satu kru dari Indonesia. Mereka pun menjadi akrab. Cici banyak membantu Yudis, seperti meminjamkan uang agar Yudis bisa menelepon keluarganya di Indonesia. Karena dua minggu pertama kan Yudis belum mendapatkan gaji. Cici juga mengenalkan Yudis pada rekan-rekan Indonesia lainnya, bahkan menjadi hiburan ketika Yudis bosan. Tidak aneh kalau sempat muncul benih cinta di antara mereka berdua.

Hari pertama bekerja di kapal pesiar, Yudis sudah melakukan kesalahan, dia salah memakai seragam, karena kru yang memandunya salah memberinya info. Untung saja Antonio, bosnya, bisa memakluminya. Sebagai awal, Yudis akan menjabat sebagai Assistent Buffet Steward. Dia pun ditempatkan di Crew Mess. Di sana, dia mendapatkan tiga rekan kerja, Noel, Orlando dan Alfredo. Dan seperti biasanya dimana di antara teman-teman kita pasti ada aja yang nyebelin, Alfredo ini super nyebelin dan seneng banget menguji mental dan kesabaran Yudis. Untung saja orang Indonesia terbiasa bersabar ya, mau sesulit apa pun. Jadi, semua ulah Alfredo tidak berhasil memencet tombol merah itu. Yudis pun lolos, bahkan bisa bekerja dengan sangat baik, dan dengan cepat dia naik jabatan, dipindahkan ke area yang lebih menyenangkan. Alfredo tentu saja kesel banget, karena dia lebih lama bekerja dibanding Yudis. Tapi untungnya sih, nggak kayak di sinetron-sinetron ya. Alfredo nggak merencakan niat jahat apa pun pada Yudis. Bener-bener sportif, walaupun kesel mah tetep. Hahaha....

Oh ya, sebelum lanjut, aku ceritain dulu ya soal Davor, teman sekabin Yudis. Davor ini dari Serbia, dan walaupun super nyebelin dan jorok, tapi etos kerjanya patut diacungin jempol. Davor nyebelinnya gimana? Dia tuh, hampir setiap hari bawa cewek pulang ke kabinnya. Jadi kebayang nggak sih, gimana kurang tidurnya Yudis? Gimana mau tidur kalau kasur di bawahmu berbunyi 'nyit-nyit-nyit' diiringi dengan desahan, "Yes-yes!" Hahahaha.... tapi tenang aja, novel ini aman kok, nggak ada deskripsi sedikit pun adegan ena-ena. Cuma memberi gambaran kehidupan di kapal pesiar itu gimana, tentu saja dari sudut pandang Yudis yang masih polos dan anak baik-baik. Saking polosnya, dia memberikan suvenir minyak kayu putih ke seorang cewek yang sudah menemaninya selama di rumah sakit. Eh, kok, rumah sakit? Kita lanjut aja yuk!

Libur di kapal pesiar itu namanya Lunch off. Intinya sih, nggak bener-bener libur ya. Tapi hanya libur setelah jam breakfast dan akan kembali bekerja lagi pukul lima. Hanya libur beberapa jam. Rencananya setiap Lunch off, Yudis ingin menghabiskan waktu berkeliling kota bersama Cici. Tapi apa daya karena dia masih anak baru, dia harus mengikuti pelatihan keselamatan yang diwajibkan untuk seluruh kru baru. Tapi untungnya sih, dia pernah sekali jalan-jalan bersama Cici ketika kapal berlabuh di Juneau Alaska.

Seperti apa sih, Juneau itu? Mari kita nikmati videonya.

Video dari IG Andre Haribawa


Video dari IG Andre Haribawa

Kota kecil yang masih terlihat sangat asri, dan yang pasti dingin banget. Kebayang nggak sih dinginnya kayak gimana kalau sekeliling kita es melulu? Mau tau lebih jauh keindahan Alaska? Baca aja novelnya yaaa...

Nah, seperti yang sudah diceritakan di awal kalau Yudis naik posisi menjadi kru di La piazza. La piazza ini semacam cafe/restoran/bar, jadi bekerjanya tidak selelah di crew mess.  Hanya harus selalu memasang senyum ceria dan super ramah ke para tamu.

Suatu hari, Yudis ingin mengungkapkan perasaannya pada Cici. Dia juga sudah membawa wine sebagai perayaan atas dipindahkan Yudis dari Crew Mess ke Lapiazza, tapi ternyata Cici malah akan pergi bersama kru cowok lain. Yudis pun patah hati. Akhirnya dia hanya fokus bekerja dan tidak menghubungi Cici. Bahkan ketika kapal berlabuh di Ketchikan, Alaska, Yudis menghabiskan waktu sendirian di sebuah restoran sambil makan kepiting raksasa. Duh, padahal Yudis alergi seafood. Bener aja sih, setelah dari sana Yudis pun demam. Dia memaksakan diri untuk bekerja. Namun karena tidak tahan, akhirnya dia tetap pergi ke klinik. Sayangnya dokter jaga sedang tidak ada, hanya ada suster di sana. Tanpa pemeriksaan lebih jauh, suster tetap memberikannya antibiotik.

Begitu di kabin, tanpa pikir dua kali, Yudis pun meminum anti biotik sesuai resep suster. Tapi bukannya sembuh, Yudis malah tambah parah sakitnya. Alhasil dia harus dilarikan ke rumah sakit. Dan itu bukan berita bagus. Karena biasanya, kru yang dilarikan ke rumah sakit harus dipulangkan. Duh, gimana nasib Yudis selanjutnya? Baru juga dua bulan bekerja di sana, masa dia sudah harus dipulangkan ke Indonesia? Bagaimana keluarganya nanti? Padahal keluarganya sangat berharap pada Yudis. Terus, bagaimana nasib hubungannya dengan Cici? Masa selesai begitu aja? Masih gantung, kan? Penasaran, deh!

Oke, sekian review kita kali ini. Gimana menurut kalian? Beda dari yang lain ya tema novelnya. Walaupun novel ini disajikan dengan ringan, detil pekerjaannya dideskripsikan dengan sangat rapi dan jelas. Jadi, walaupun agak pusing karena banyaknya informasi, kita jadi mengetahui kesibukan para kru kapal seperti apa. Setiap pekerjaan pasti ada susah-senangnya. Ada positif ada negatifnya. Yang mana pun itu, nikmati saja prosesnya, meningkatkan etos kerja, bekerja dengan baik dan jangan lupa bersyukur.

Sampai jumpa lagi pada postingan blog berikutnya.

Auf Wiedersehen

Sayonara

Byebye

Oh ya, aku kasih satu video lagi deh, pemandangan suasana kapal pesiar ketika berlayar di lautan Alaska. Selamat menikmati ^^














Komentar

Popular

Keseruan Pertama Kali Bermain Ski di South Korea

1st Flight Kuala Lumpur part 2