Kena Scam di Seoul?

781

Annyoung Haseyo....

Hai, sobat semuanya. Alhamdulillah saya sedang rajin, jadi postingan pengalaman yang berikutnya tidak membutuhkan waktu lama. Hehehehe.... Baeklah, mari kita mulai!

Oke, jadi setelah keblunderan saya di bandara Incheon di postingan sebelumnya, akhirnya kami berdua tiba di Novotel hotel Gangnam. Alhamdulillah check in sangat mudah dan cepat. Masuklah kita ke dalam kamar untuk pipis, bebersih, dan yang paling penting, sholat zuhur dan ashar langsung dijamak-qasar. Namanya juga musafir. Jalan-jalan boleh, tapi jangan sampai lupa sholat. Okay, friends? ;)

Berhubung kita belum tahu mau makan di mana, karena walaupun info makanan halal itu banyak, pada kenyataannya pada saat dicari di lokasi itu susahnya minta ampun, karena banyaknya gang-gang dan belokan. Untuk sementara perut diganjel dengan roti yang dibawa dari Indonesia. Iya, soalnya untuk beli roti pun saya masih ragu kehalalannya. Jadi ambil amannya dulu.

Untuk acara hari ini tentu saja sudah dipersiapkan. Jadi rencananya, hari pertama ini akan diisi dengan keliling daerah Gangnam, sampai ke Olympic Park, Coex Mall, Lotte World, Samsung, dll. Namun, pada kenyataannya, semua itu lagi-lagi blunder. Kenapa? Gara-garanya ketika ada cewek Korea yang ngajak ngomong suami, suami berhenti dan mendengarkan apa yang hendak disampaikan oleh cewek itu. Padahal aku udah ngasih sinyal narik tangan dia, biar cepat jalan. Hahaha.. emang sih, di Indonesia ini aku orangnya parnoan, kayak diajak ngomong di tengah jalan, di mal yang nawarin brosur donasi, bahkan disamperin sama SPG toko juga kadang parno. #lebay

Lho, apa yang aneh diajak ngobrol sama cewek Korea? Jadi, beginilah ceritanya.

Awalnya cewek bernama Jessi ini menyapa suami dengan bahasa Inggris yang pelafalannya cukup membuatku harus bertanya, "Pardon" berulang-ulang. Tapi hebatnya, suami ngerti aja cewek itu lagi ngomong apa. Iya, untuk bahasa, suami memang diberi kelebihan yang satu ini. Kupingnya sangat tajam, dan dia juga pintar ngomong. Sungguh sangat berkebalikan dengan aku.

Nah, Jessi ini nggak sendirian. Ada satu lagi temannya namanya Becky. Mereka berdua tentu saja punya nama Korea, dan mereka memberi tahunya, tapi karena nama Korea nggak familier, jadi lewat begitu saja dari ingatan.

Becky pelafalan dan bahasa Inggrisnya lebih bagus. Nah, Becky ini bagian ngobrol sama aku. Singkat cerita setelah dua cewek Korea ini menyapa kami, mereka berdua menjanjikan untuk memberikan pengalaman budaya asli Korea dari sebuah kampus. Dan gratis tidak perlu bayar. Suami lagi-lagi iya-iya aja, mau diajak. Ya sudahlah, aku pasrah.

Kami pun dituntun memasuki stasiun Gangnam, naik Subway sambil terus diajak ngobrol. Intinya, mereka berdua sangat ramah dan menyenangkan. Sampai akhirnya kami sampai di stasiun Yeoksam. Sebuah daerah yang jarang turis sebenarnya, karena memang tidak ada apa-apa di sana. Hanya apartemen kecil, beberapa toko, dan gedung-gedung entah apa.

Kami pun memasuki sebuah gedung delapan lantai. Kami harus naik ke lantai empat, tanpa ada lift, jadi harus naik tangga. Sepertinya itu gedung untuk kumpulan komunitas-komunitas ya. Tapi mungkin karena bukan spot tourist, tulisan Roman sangat jarang, banyaknya keterangan dalam huruf Hangul.

Kami pun masuk ke sebuah ruangan. Di dalam ruangan sudah sangat ramai. Ada beberapa orang turis juga seperti kami. Sepertinya mereka berhasil menggaet banyak turis asing dengan janji-janji pengalaman budaya asli Korea.

Aku dan suami duduk di salah satu pojokan. Kemudian ada seorang wanita yang menghampiri kami, dan mengajarkan cara menyembah dalam Korea dan pengucapannya. Lalu nama kami ditulis dalam sebuah kertas, dihitung entah apa, dan dibilang kalau pernikahan kami menguntungkan.

Ya, okay. We have survive for seven years, with so much happening, jadi tentu saja menguntungkan. Aku hanya manggut-manggut. Dan dalam hati, eh gile, boleh aja modern, tapi kayak orang Jawa juga ya. Apa-apa ada hitungan dan mereka mempercayainya. Yah, maklum deh, aku nggak percaya gituan soalnya. Etapi, mereka mendoakan banget agar aku lekas punya anak. Ya, aku aminin aja lah. Hahaha.

Tapi karena udah terlanjur di sini, ya udah aku manggut-manggut aja. Demi sopan santun. Dan yaaah... mereka agak berhasil mengambil hatiku dengan keramahan mereka. (Iya, aku orangnya emang mudah dibujuk, makanya aku lebih milih judes di awal).

Kemudian, aku di bawa ke sebuah ruangan untuk ganti baju. Begitu pun dengan suami. Aku memakai hanbok, tapi sayangnya, hanboknya biasa banget, dan sudah banyak yang robek gitu. Yah, aku milih yang masih paling layak deh. Dan sayangnya lupa difoto. Ck!

Setelah ganti baju, kami menunggu sebentar, ngantri untuk masuk ke sebuah ruangan. Aku pikir mau ngapain di dalam ruangan itu. Nggak tahunya sembahyang! Iya, kita disuruh sembahyang. Berpuluh-puluh kali ikutan sujud-bangun-sujud, terus diulang-ulang sampai pegel banget, jadi kayak olahraga gitu, tanpa tahu maksud sebenarnya apa, dan apa yang sedang mereka doakan.

Saat itu sih, aku masih nggak ngeh kita sebenarnya lagi ngapain. Iya, aku tipe yang polos dan selalu mengikuti perintah gitu. Jadi, diminta sujud, aku sujud, bangun aku bangun, tanpa paham apa yang sebenarnya sedang terjadi. Seperti biasa, aku ngehnya pas udah di kereta apa yang tadi kita lakukan. Yep, lola emang. Tapi gimana dong? Nggak pernah dengar ada cerita ini sebelumnya. Jadi nggak bisa siap-siap juga.

Setelah kita diajak sembahyang, kami keluar lagi ke ruangan sebelumnya. Dan sudah disiapkan buah-buahan potong. Sambil menikmati buah, kami diajak ngobrol lagi. Saat inilah Jessi berkata, kalau lembaga yang dia ikuti ini memerlukan donasi, dan kami diminta untuk berdonasi seikhlasnya. Nah, berhubung aku udah terlena oleh keramahan mereka, jadilah aku memberi 20.000 won (dikali aja 12, jadi berapa tuh?). Padahal suami udah kasih sinyal kasih 5000 won aja. Tapi emang dasar aku lola, nggak nangkep sinyal suami.

Setelah itu, dengan alasan sudah sangat kelaparan (dan emang benar amat sangat kelaparan), kami pamit pergi dari tempat itu. Barulah setelah di luar, kami membahas apa yang sebenarnya baru aja terjadi pada kami.

Kesimpulannya, aku nggak berani bilang kalau ini scam, karena mungkin saja memang benar mereka sebuah yayasan sosial yang membutuhkan dana. Hanya saja, caranya menurut kami berdua seperti menipu, mengatakan akan mendapatkan pengalaman budaya asli korea dari sebuah kampus. Dan mereka juga nggak menceritakan yang selengkapnya. Di sini kami memang merasa sedikit tertipu, tapi kami memutuskan untuk mengikhlaskan. Mungkin memang sudah rejeki mereka.

Nah, bagi kalian yang ingin ke Korea, kalau kalian mengalami hal semacam ini, di mana ada dua orang menghampiri kalian dan mengajak ngobrol dengan ramah, lalu mengatakan ingin promosi budaya Korea, itu terserah kalian ingin ikut atau tidak. Kalau ingin mengalami langsung dan memang ingin menyumbang, bolehlah menerima ajakan mereka. Karena memang tidak diapa-apain, paling diajak sembahyang aja. Tapi dalam agama kami berdua merupakan hal yang dilarang. Tapi karena kami nggak ngeh saat itu, ya berdoa aja semoga diampuni. Tapi kalau kalian tidak mau, ya tolak saja ajakan mereka dengan alasan sudah ada acara lain.

Setelah dari sana, kami berdua langsung naik stasiun menuju Itaewon. Di Itaewon, kami mencari restoran kebab. Iya, restoran halal di daerah Itaewon ini emang banyak banget, tapi kebanyakannya makanan turki. Habis itu, karena nggak mau rugi, kami menghabiskan malam berkeliling daerah Gangnam. Bisa dilihat di foto-fotonya ya.

www.ninnarosmina.com
Salah satu restoran Kebab di Itaewon

www.ninnarosmina.com
Bagian dalam restoran kebab

www.ninnarosmina.com
Jalan-jalan daerah Gangnam

www.ninnarosmina.com
Saat itu sudah hampir jam sepuluh malam, tapi masih seramai ini


Okay, sekian cerita kali ini. Semoga memberikan pengetahuan bagi kalian tentang Korea ya. Salam, sampai jumpa lagi di postingan berikutnya ^^




Komentar

  1. aku udh dgr bbrp scam yg lg sering di korea memang seperti itu. alhamdulillh pas aku ksana 2017, blm nemu scam model itu mba. akupun kalk dideketin org2 yg nawari sesuatu gratis bla bla bla, lgs pasang muka jutek ato muka ga ngerti , biar mereka lgs pergi hahahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, mbak, tapi overall, orang korea itu ramah-ramah. Kalau kita bertanya sama mereka, mereka pasti usahaaa banget buat ngebantu. Walaupun ujung-ujungnya bingung juga karena pronunciation mereka yang ga jelas. Hahahahaha

      Hapus
  2. Wah serem ya mbak. Aku udah beberapa kali ke korea alhamdulillah blm nemuin kaya gini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, mbak, ini untuk masukan aja kalau mbak ke sana lagi ya ^^

      Hapus
  3. Waaaaa ternyata ada yg kaya gitu juga yaa di korea teh, tapi aku tetep pengen bgt bisa ngerasain suasana korea siii hehe 😆

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, kalau masalah travelingnya siiih teuteup kuduuu... ini untuk pengetahuan aja, jadi suatu saat ke sana bisa berhati-hati ;)

      Hapus
  4. Wih serem amat Mba Ninna. Tapi yang terpenting nggak ada kekerasan ya. Intinya sih tetap fokus dengan itin yang udah kita pilih sedari sini ya. Termasuk ttg naik transportasi apa ke sana. Diriku juga nih kadang lugu, haha... Termasuk mungkin kalau ada yang mau ngajak share cost taksi kali ya. Kecuali memang kita tau, dia sesama turis atau orang kita juga.

    BalasHapus
    Balasan
    1. ada kejadian sih, mbak, pas kita lagi jalan di coex, ada ibu-ibu yang mau ngedeketin kita lagi. Suami sampai takut dan jalan buru-buru. Eh beneran diikutin. Tapi akhirnya kita bisa menghindar juga. Seru kok jalan di sana, tapi emang kudu hati-hati aja dengan modus semacam ini. Kecuali kalau kebanyakan duit dan mau menyumbang. Hahahahaha....

      Hapus
  5. Thanks for sharing, semoga sukses terus,.

    BalasHapus

Posting Komentar

Hallooo, senang banget kalian sudah mampir dan memberikan komentar di sini ^^

Popular

Keseruan Pertama Kali Bermain Ski di South Korea

Cruise to Alaska

1st Flight Kuala Lumpur part 2