Let's Get Lost in Thailand Bagian 3

781
Horeee... akhirnya punya waktu buat nulis bagian 3. Sebelumnya maaf ya kalau jedanya terlalu lama.
Pada hari ketiga, yaitu tanggal 18 Februari, merupakan hari terakhir kami di Phuket. Sedih banget sih, soalnya kan sebenarnya belum bener-bener keliling phuket gitu. Oleh sebab itu, pagi-pagi jam 6, kami bela-belain jalan keluar untuk nongkrong di pinggir pantai Patong. Dimana suasana pagi itu masih sepiiii, belum ada satu toko pun yang buka. Bahkan ketika melewati Bangla Street.

Tapi suami niat ke pantai untuk jogging, masalah sepatu, kayaknya dia nyeker, deh! Soalnya kami berdua hanya bawa satu sepatu, dan suami tidak mungkin memakai sepatu karet Crocs biru terang itu untuk jogging. Yang ada mungkin lecet.

Kami tiba di pinggir pantai ketika hari masih gelap, langit masih berwarna kelabu, dan hanya beberapa orang saja yang kemungkinan besar adalah turis sudah berada di sana. Entah apakah itu hanya untuk duduk-duduk, jogging, atau selfie-selfie (kalau yang ini, saya juga termasuk, hehehe). Tapi sebelum itu, kami berdua harus mencari sarapan. Jadilah kami menyusuri jalan untuk mencari family mart yang masih buka. Untung saja ada satu tak jauh dari pantai. Di sana kami membeli roti, snack dan minuman.

Setelah kami berdua tiba lagi di pinggir pantai, suami pun mulai jogging dan meninggalkan aku duduk menunggu barang bawaan kami. Di mana kami membawa handuk besar dari hotel sebagai alas duduk. hehehe (jangan ditiru yak). Mari saya jelaskan kondisi pantai saat ini.

Pasir berwarna putih, langit kelabu yang perlahan berwarna jingga, dan orang-orang yang mulai berdatangan untuk jogging ataupun bersenang-senang menikmati pagi. Semuanya terasa damai. Sampai akhirnya, kedamaian itu diganggu oleh kehadiran seekor anjing.

Well, jangan buru-buru nyinyir yak, masalahnya saya takut dengan anjing, ada trauma waktu kecil. Tapi takut yang bukan berarti langsung kabur sih. Selama keberadaan hewan tersebut masih beberapa meter jauhnya, masih asyik berinteraksi dengan turis-turis lainnya, saya masih anteng-anteng saja duduk di tepi pantai. (tentu saja sambil mata lirik-lirik keberadaannya). Sampai akhirnya (mungkin) tidak ada seorang pun lagi yang bisa gukguk itu samperi, dia mulai mendekatiku. Buru-buru aku langsung bangkit, membawa semua bawaan, dan berjalan menjauh. Mungkin hewan itu heran kali ada manusia yang segitu takutnya sama dia. Ya sudahlah, akhirnya saya berdiri saja sambil nunggu suami selesai jogging.






Asyik kan pantainya? Tapi kami nggak bisa lama-lama di sini. Pukul delapan, kami sudah harus kembali ke hotel lagi untuk packing, karena pesawat akan berangkat siang ini. Tadinya kami berharap untuk naik bus travel lagi dari hotel, walaupun seharga 250 baht perorang, tapi setidaknya itu jauh lebih murah daripada taksi 800 baht. Tapi ternyata, untuk booking bus tidak bisa mendadak satu jam sebelumnya, harus dua jam sebelum kedatangan. Karena mereka memperkirakan waktu tiba di bandara. Petugas resepsionis di hotel dengan detail menanyakan pukul berapa pesawat kami. ketika saya bilang pukul 12.30, dia langsung bilang tidak bisa booking, karena itu mustahil, kami akan telat. dan dia pun menyarankan untuk naik taksi saja.

Kami pun pergi keluar, untuk mencari bis bandara yang pernah saya baca sebelumnya di catatan perjalanan orang lain. Katanya ada di belakang Jungceylon mall. Tapi sampai kami di sana, kami sama sekali tidak mendapati bus itu. Akhirnya suami mau tidak mau tetap naik taksi, maka habislah 800 baht kami. Tapi memang perjalanannya jauh banget sih. 45 menit itu tanpa macet sama sekali. Kurang lebih mungkin kayak dari Jakarta ke Bogor.

Alhamdulillah kami sudah tiba di airport pukul 11 siang. Tapi begitu sampai, saya yang kaget banget gitu, karena mau masuk ke airport aja ngantriiiiiiiii.... sumpah! Membuat saya jadi dagdigdug der takut ga keburu, untungnya saya sudah web check in. Pakai Airasia memang memudahkan sih, mantap lah. Tapi tetap aja was-was.

Dan ada cerita yang menarik nih! Selama di Bandara, suami selalu memperhatikan sekitar, sampai akhirnya ketika kami sudah mau masuk, bagasi kami masukan ke lorong scanner, suami berkata, "Kayaknya bener deh chayank, semua petugasnya perempuan, nggak ada cowok satupun. Kenapa ya?"

Mendengar itu, aku pun langsung menoleh, dan benar saja, semua petugas yang sedang memeriksa bagasi adalah perempuan. Aku juga terheran-heran. Tapi tetep aja aku jawab, "Mungkin karena yang laki-lakinya jadi lady boy semua?" seringaiku.

"Aaahhh... bisa tuh chayank, bisa jadi."

Terus dalam hati, aku kembali melanjutkan, atau jangan-jangan walaupun kelihatan kayak perempuan ternyata mereka itu transgender? Secara oplas di Thailand canggih bukan? Sudah baca Let's Get Lost in Thailand bagian 2 kan? Saya posting Lady boy asli cuantik abisss.

Alhamdulillah, kami berhasil masuk tepat waktu. Tapi ternyata, penerbangan saya delay satu jam. Atau mungkin sayanya yang kurang update, maklum beli tiketnya kecepatan. Memang sih, beberapa kali saya kedapatan email perubahan jadwal terbang, jadi rada bingung yang bener yang mana.

Sebagai info, di dalam ruang tunggu juga ada restoran, tapi kehalalannya perlu dipertanyakan. Berhubung udah laper banget, akhirnya kami tetap pesan makanan di Subway. Pasrah ajalah.
Perjalanan kami menuju bangkok berjalan dengan lancar, Alhamdulillah. Dalam waktu satu jam kami sudah mendarang di bandara Don Muang. Dan di sinilah  letak kesalahan pembookingan hotel.
Ketika membooking hotel, saya baca kalau hotel Baiyoke ini dekat dengan stasiun airport, bukankah itu memudahkan banget? Pada kenyataannya, itu hanya Airport yang ke Svarnabhumi (huhuhuhu, nangis di pojokan).

Begitu keluar dari imigrasi, kami sempat bingung harus naik apa, sempat bolak balik mencari bus, atau transport lainnya (bukan taksi). Akhirnya kami nekad keluar aja dari pintu dengan resiko ga bisa masuk lagi dan bertanya pada petugas yang sedang menjaga di sana. Untungnya kami keluar tepat di dekat pemberhentian bus. Dan saat itu baru saja ada bus yang datang.

Sebenarnya iseng-iseng saya bertanya, kalau mau ke Pratunam bagaimana ya? Eh, ternyata, kami disuruh naik bis ini dan turun di Mo Chit (nama stasiun). Itulah yang kami lakukan. Bahkan dari awal naik, saya sudah pesan ke supir dan kondektur kalau kami ingin turun di Mo Chit. Begitu turun di Mochit, kami pun segera menaiki eskalator karena stasiun letaknya di atas. Dan ketika membeli tiket, tentu saja kami harus membelinya melalui mesin, petugas di balik loket hanya sebagai penukaran koin dan memberi informasi saja.

Perjalanan lumayan panjang dan lamaaa... karena kami harus berjalan lumayan jauh menuju hotel yang terletak di dalam pasar Pratunam. But, it's worth it though, karena hotelnya benar-benar strategis, dekat ke tempat jualan oleh-oleh, hahahaha....

Begitu sudah sampai hotel, kaki sudah sakiiiitttt..... pengennya sih langsung duk-sek aja di atas tempat tidur. Tapi berhubung ga mau rugi, setelah mandi dan sholat, kami langsung ngayap keluar lagi. Tentu saja untuk mencari makan malam yang kecepatan, karena waktu baru menunjukkan pukul lima sore, tapi sudah lapaaarrr....

Kami mampirlah ke Palladium Mall, dan beli KFC. (Silakan mencibir). Tapi KFC di sini unik lho, karena ayamnya memakai campuran rempah, pedas dan berbau wangi, enak deh. Ngomong-ngomong itu halal nggak ya? Bismillah aja deh! Dan tanpa kami duga, ketika menjelang malam, banyak pedagang mulai membuka stand mereka di pelataran mall. Banyak bangett!!!





Suasananya sih menyenangkan, tapi karena baru hari pertama di Bangkok, kami sedikit menahan diri untuk tidak kalap belanja. Apalagi setelah itu kami malah nyebrang dan mampir ke Platinum mall. OMG! Belanja-belanja-belanja....

Sekian untuk Let's get lost in Thailand bagian 3. Masih ada lagi lhooo, makin seru deh. Kalau kalian mau membaca hari pertama dan keduanya juga bisa kok.

Let's Get Lost in Thailand bag 2
Let's get lost in Thailand bag 1

Komentar

Posting Komentar

Hallooo, senang banget kalian sudah mampir dan memberikan komentar di sini ^^

Popular

Keseruan Pertama Kali Bermain Ski di South Korea

Cruise to Alaska

1st Flight Kuala Lumpur part 2