mencari dawai 4

“Kamu sebaiknya tidak usah puasa,” ucap mama ditelephon pada hari kedua puasa ketika sedang sahur.
“Kenapa, Ma? Kemaren aku kuat, kok, puasa sampai maghrib!”
Mama terdiam mendengar jawaban putri semata wayangnya, tapi kemudian dia berkata, “Kalau begitu selama puasa ini kamu tinggal dirumah mama dan papa saja. Biar mama bisa ngontrol semuanya. Kalau tinggal berjauhan gini, kan, mama juga repot. Mama nggak bisa setiap saat nengok kamu. Papa juga sama aja.”
“Udah…, mama nggak usah khawatir. Aku nggak tinggal sendiri ini. Lagian tinggal sama mama dan papa juga jarang ketemu. Besok aja papa sudah mau berangkat ke China, mama mau ke Kalimantan. Aku dirumah sama siapa? Mendingan disini dekat dari kampus, bisa main sama temen-temen,”
“Sayang…,” ucap mama memelas, “setidaknya sebelum mama berangkat, kan, mama mau liat kamu dulu. Kalau begitu besok kamu antar mama ke airport, ya!”
“Nggak bisa, dong, Ma! Kan, aku kuliah! Masa bolos! Baru juga masuk dua minggu!”
Mama menghela nafasnya, “Kelihatannya kamu betah disana, ya! Teman-teman kamu baik semua sama kamu?”
“Baik banget!”
“Lalu sudah ketemu sama orang itu?”
“Belum, Ma! Tenang aja, sih, paling juga sebentar lagi! Oke, Ma?”
“Ya sudahlah! Mama sudah capek buat larang-larang kamu! Pokoknya setelah ini jangan minta yang macam-macam lagi!”
“Nggak, kok, Ma! Saat ini aku cuma meminta ini aja!”
“Ya sudah! Kamu sudah selesai sahur? Oiya, bakery kamu biar mama yang urus dulu!”
“Sudah, kok, Ma! Iya, Ma, tolong dihandle dulu, ya!”
***
Minggu berikutnya pada hari Rabu, ada pengumuman kapan akan dilaksanakan penutupan Masa Orientasi Mahasiswa baru dalam jurusannya. 10 Oktober acaranya, seminggu setelah libur Lebaran. Vio sedang menimbang-nimbang sesuatu sambil terus membaca pamphlet yang ditempel di mading jurusan.
“Lo ikut nggak, Vi?” tanya Jacky yang kebetulan juga sedang membacanya.
Jacky berbadan bongsor dengan tinggi 185 cm dan berat 90 kg. benar-benar terlihat seperti raksasa kalau sedang berdiri di samping Vio yang hanya setinggi 158 cm.
“Bukannya emang wajib ikut?”
“Iya, sih, tapi kalau kitanya nggak bisa gimana, dong? Lagi ada acara gitu misalnya.” Lanjut Jacky lagi.
“Ya…, nggak usah ikut aja. Susah-susah amat, Jack. Ngomong-ngomong tugas gambar teknik udah dikerjain belum?”
“Hah? Ya belom lah, masih selasa depan kan? Ngapain dikerjain sekarang! Terus lo udah ngerjain gitu?”
Vio menggelengkan kepalanya, “Jack, badan lo tinggi amat, sih! Gue ampe pegel ngobrol sama lo musti ngedongak kayak gini.”
Jacky tertawa mendengar ucapan Vio, “Makanya kalo hidup tuh jadi orang jangan jadi kurcaci, kecil gini. Masa gue musti jongkok, sih!” ucapnya sambil mengacak-acak rambuk Vio.
“Sembarangan! Gue udah termasuk tinggi tahu! Lonya aja yang kelebihan hormon!”
***
Sekarang sudah hari Senin dan pada saat istirahat siang, angkatan baru dikumpulkan oleh senior dari angkatan 2006 dan 2007 di dalam kelas F3.
“Pada tanggal 20 September nanti, jurusan kita akan mengadakan acara buka puasa bersama. Panitianya merupakan angkatan 2007,” ucap Bisma selaku ketua Sie Rohis jurusan membuka rapat, “dan rencananya acara sudah akan dimulai sejak pukul empat sore. Dimana akan ada sesi acara ceramah dan sedikit acara hiburan. Maksud kalian semua dikumpulkan adalah untuk meminta peran serta kalian dalam mengisi acara. Jadi ada yang punya ide untuk menyumbang acara?”
Otomatis seluruh anak baru hanya saling tengok, ada yang garuk-garuk kepala, mainin handphone bahkan tidak memperhatikan sama sekali. Sampai kemudian Vio mengangkat tangannya.
“Katanya Agung mau nyumbang nyanyi, Bang!”
Otomatis Agung langsung nengok kearah Vio sambil melotot. Sedangkan Vio pura-pura tidak bersalah sambil senyum-senyum.
“Wah, thank you, nih, Gung! Oke, jadi dicatat, ya! Selain Agung siapa lagi?”
Kembali Vio mengangkat tangannya, “Agung nyanyinya rame-rame, Bang, udah gitu nyanyiin tiga buah lagu juga!”
Agung tambah melotot ke arah Vio, tapi dia nggak bisa membantah. Begitupun dengan anak-anak yang lain yang masih bingung dengan ide Vio.
“Oh, begitu, ya! Berarti rapatnya cukup sampai disini dulu, ya! Nggak ngira kalau bakalan secepat ini! Baiklah…, dengan ini rapat kami tutup. Kami harapkan penampilan terbaik kalian pada hari jum’at nanti. Terima kasih dan Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh.” Tutup Bisma.
Setelah rapat selesai, agung nyamperin Vio begitupun dengan anak-anak yang lain ingin tahu apa rencana Vio sebenarnya.
“Kok, nama gue yang lo cantumin, sih, Vi?”
“Iya, Gung! Maaf ya kalo nggak ijin dulu! Habisnya, kan, suara Agung bagus banget, jago maen drum, jadi sayang aja kalo nggak disumbangin buat acara buka puasa nanti. Kan buat amal juga, Gung! Nyenengin orang-orang!” senyum Vio dengan wajah innocent membuat Agung luluh dan tidak bisa membantah.
“Iya, Gung, gue juga mau denger lo nyanyi lagi.” Timbrung Rully dan disetujui oleh anak-anak yang lain.
“Lagunya Ungu aja, Gung! Eh tapi lagu religinya Gigi enak juga!” sambung Vio lagi.
Agung jadi ge-er juga mendengar teman-teman mempunyai atensi yang tinggi terhadapnya, “Oke, deh! Gue usahain!” jawab Agung akhirnya.
Vio tersenyum mendengar jawaban Agung, “Nyanyinya bareng Erik, Badru sama Dodi aja! Agung yang jadi vokalisnya, Dodi drummernya, Erik gitaris dan Badru bassist,”
Agung dan tiga orang yang namanya disebut oleh Vio langsung melongo, “Vi, kita, kan, mau ngisi acara buka puasa, bukannya mau konser. Ngapain pake drummer dan bassist segala?”
***

Komentar

Popular

Keseruan Pertama Kali Bermain Ski di South Korea

Cruise to Alaska

1st Flight Kuala Lumpur part 2