Hal-hal yang Harus Kamu Ketahui Tentang Novel Frankfurt

781



Judul : Franfurt
Penulis : Ninna Rosmina
Penerbit : Grasindo
ISBN : 978-602-375-654-4
Jumlah halaman : 202


Novel #Frankfurt merupakan bagian dari serial LOVE IN THE CITY yang diterbitkan oleh penerbit GRASINDO. Selain Frankfurt, ada juga San Fransisco, Dublin, Roma, Istanbul, dan Bristol. Lengkapi koleksinya ya!

Buku ini merupakan buku ke 12 saya dalam kurun waktu 5 tahun ini. Kalau dipikir, saya memang tergolong lambat ya, setahun rata-rata hanya dua buku. Tapi ya sudahlah, terima saja apa adanya.

Oke, kali ini saya akan menceritakan sekilas cerita tentang #novelFrankfurt ini. Untuk awalnya, inilah sinopsis yang ada di belakang kaver ya.

Radiant David pernah kehilangan orang-orang yang paling dicintainya. Kedukaan menyelimuti hidupnya, sampai ketika dia bertemu dengan Calibri Serena. Tanpa mereka sadari, takdir pernah mempertemukan mereka sebelumnya, di pinggir sungai Main, Frankfurt. Takdir pula yang membawa mereka melalui jalan berliku untuk akhirnya bertemu kembali.
Namun hidup tidak berjalan mudah seperti dalam cerita-cerita dongeng. Radiant harus berjuang menyusul Calibri ke Frankfurt, ketika wanita itu tanpa pemberitahuan sebelumnya, pergi begitu saja meninggalkan dirinya. Sedangkan Calibri, ada kengerian yang selalu membayangi hidupnya. Membuatnya ragu-ragu untuk mengungkapkan perasaannya sendiri. 
Calibri hanya menginginan hidup yang tenang, meski itu berarti dia tidak akan bisa bersama orang yang dia cintai. Sedangkan Radiant, setelah pernah kehilangan, dia hanya ingin mempertahankan dan memperjuangkan apa yang mungkin akan dia miliki, selama sisa hidupnya nanti.

*************************************************************************

Kisah dimulai dengan adegan epilog, ketika Calibri sedang bike tour bersama Radiant dan kakak sepupunya, Emil, di Frankfurt. Tanpa sengaja dia melihat kengerian yang selalu menghantuinya selama beberapa bulan ini, sejak dia mengenal Radiant. 

Ya, Calibri bisa dibilang bukanlah wanita biasa, dia memiliki indera keenam. Pada awalnya, dia tidak terlalu memahami kemampuannya tersebut. Dia hanya mengira kalau dirinya terlalu sensitif. Tanpa diinginkan olehnya, dia bisa melihat masa lalu orang lain, atau hal-hal buruk yang pernah dilalui oleh orang tersebut. Awalnya dia menganggap kalau bayangan yang dilihatnya hanyalah hayalannya semata. Hayalan itu terkadang membuatnya tertekan namun dia tidak bisa menceritakannya pada orang lain, karena dia tidak ingin dikatakan sebagai seorang pembohong, lagipula dia juga bukan pribadi yang pintar bicara, sehingga tidak aneh kalau dia lebih suka menarik diri dari kehidupan sosial. Dan itu juga yang membuatnya memutuskan untuk menjadi seorang penulis novel, karena dia merasa kisah-kisah yang datang pada dirinya haruslah dia keluarkan agar dirinya merasa lega dan tidak tertekan. 

Kisah pun masuk ke dalam bab 1, di mana saat itu Calibri baru saja berusia 16 tahun dan baru pindah ke Frankfurt, tinggal bersama kakak sepupunya, Emil. Sebagai info, perbedaan usia Emil dan Calibri lumayan jauh, 8 tahun. Sehingga saat itu, ketika Calibri baru masuk SMU, Emil sudah menjadi dokter muda. Di Bab 1 ini, Calibri sedang mengunjungi Frankfurt Book Fair tahun 2006. Di pameran buku ini, Calibri terpisah dari Emil. Membuat Calibri langsung diserang kepanikan, karena dia melihat banyak sekali bayangan di depan matanya. Karena tidak tahan, dia memutuskan untuk pergi meninggalkan pameran, namun hal itu merupakan keputusan yang salah, karena dia malah tersesat. 

Ketika sedang kebingungan, dia melihat bayangan seorang pemuda yang sedang bermain sepeda melintas di sisi tubuhnya. Saat itulah, dia merasakan sebuah ketertarikan yang sangat kuat. Sehingga dia memutuskan untuk mengejar bayangan tersebut. Dan, ketika dia sudah sampai di pinggir sungai Main, hampir saja dirinya tertabrak oleh seorang pemuda yang sedang mengendarai sepeda. Di sungai Main ini memang banyak sekali orang-orang yang bermain sepeda ataupun berjalan-jalan menyusuri pinggir sungai yang terkenal keindahannya. 

Pemuda itu adalah Radiant David. Sama seperti Emil, perbedaan usia Radiant dan Calibri adalah 8 tahun, sehingga saat itu Radiant sedang mengenyam bangku kuliah tingkat master di kota Frankfurt. Awalnya Calibri merasa takut menatap wajah Radiant, namun ketika tanpa sengaja Calibri mengucapkan bahasa Indonesia, dan Radiant langsung menanggapinya dengan semangat, Calibri pun merasa tertarik. Walaupun dia sudah lancar berbahasa Jerman, tapi tetap saja mendengar seseorang bisa berbicara bahasa Indonesia di negara ini cukup membuatnya senang. Biasanya, Calibri akan melihat bayangan mengerikan di wajah seseorang, namun tidak dengan pemuda ini. Ada kebaikan dan kesedihan di sana yang membuat Calibri merasa simpati. Radiant pun memutuskan untuk mengantarkan Calibri kembali ke tempat pameran dengan sepedanya. Calibri bukan jenis anak perempuan yang ramah dan mudah menerima uluran tangan orang asing, namun kali ini, dia menyambut uluran tangan tersebut. 

Oke, di sini yang tidak saya ceritakan di dalam novel. Dengan kemampuan yang dimilikinya, seharusnya Calibri mudah mengenali orang bukan? Benar. Seharusnya seperti itu. Namun, karena banyaknya kenangan yang masuk, terkadang dia bingung sendiri, milik siapakah kenangan yang baru dilihat olehnya. 

Nah, dengan Radiant, kenapa dia bisa begitu cepat akrab, karena sebenarnya saat itu bukanlah pertemuan pertama mereka. Pada hal. 98.

Tidak bisa dimungkiri, setelah kecelakaan itu, perasaan Calibri malah semakin kuat pada Radiant, apalagi setelah dia mengingat bahwa mereka sudah pernah bertemu jauh sebelumnya, sejak dirinya masih kecil. Sejak hari pemakaman itu, hari di mana dia tidak lagi bisa melihat bayangan sang Ibu.

Yup, Mama meninggal ketika Calibri berusia 11 tahun. Mama dimakamkan di Jakarta. Pada saat pemakaman, Calibri kabur dari prosesi pemakaman, karena dia mencari bayangan ibunya. Saat panik seperti ini, dia tidak memperhatikan langkahnya sendiri, membuatnya hampir saja tertabrak mobil yang lewat, kalau saja dia tidak diselamatkan oleh seorang mahasiswa bernama Ian. 

Saat menakutkan seperti ini, ditolong oleh seseorang yang bersikap sangat ramah padanya, tentu saja memberikan kesan yang sangat kuat baginya. Untuk beberapa lama, Calibri hanya diam menatap wajah Ian, ketika pemuda itu berbicara padanya untuk menanyakan di mana rumahnya. Saat itu, Calibri hanya mengatakan kalau Mama tidak ada lagi. Ian pun merasa kasihan, sehingga pemuda ini berinisiatif mengantarkan Calibri mencari rumahnya. Dan sampailah pemuda ini di sebuah pemakaman yang masih ramai, di mana sang ayah sedang panik mencari anaknya yang hilang. Ian pun menurunkan Calibri dari atas motornya. Namun karena lemas, Calibri tidak bisa berjalan. Sehingga sepanjang jalan memasuki areal pemakaman, Radiant menggendong Calibri di belakang punggungnya. Saat itulah Calibri tertidur. Dan ketika terbangun, dia tidak melihat wajah Ian di manapun, sehingga akhirnya dia memutuskan untuk menganggap kalau pemuda itu hanyalah bayangannya saja. 

Horor banget ya, kok kenangannya sampai ke area pemakaman segala. Karena memang naskah aslinya benar-benar dark. Hehehehe.... 

Oke, kita langsung lompat ke bab 2 aja ya. Di dalam bab 2, kisah sudah diceritakan 10 tahun kemudian, ketika Calibri sudah berusia 26 tahun, kembali tinggal di Jakarta, namun sendirian saja di dalam kamar apartemennya. Ayah meninggal ketika dia sedang skripsi. Jadi di sini banyak sekali kisah hidupnya yang diskip. Masa SMA Calibri benar-benar dihabiskan di Frankfurt. Namun ketika dia kuliah, Ayah pensiun dari pekerjaannya. Ayah pun memutuskan untuk kembali saja ke Jakarta. Sehingga Calibri kuliah di Jakarta ini, mengambil jurusan bahasa dan sastra Jerman. Kuliah berjalan dengan lancar. Ketika ayah meninggal, merupakan masa terberat kedua baginya. Dia banyak mengurung diri di dalam kamar, namun menolak tinggal bersama keluarga Emil di Frankfurt. Saat itulah, dia mulai menulis. Namun, naskahnya banyak ditolak karena terlalu mengerikan. 

Dalam bab 2 ini justru lebih ditekankan pada tokoh Radiant, yang sudah hampir setahun ditinggal pergi oleh istri dan putranya dalam sebuah kebakaran yang menghanguskan rumah mereka. Radiant merasa penasaran dengan sebuah novel berjudul Matahari yang isinya benar-benar mirip dengan kisah almarhumah istrinya. Oleh sebab itu, dia bertekad ingin menemui penulisnya. Memang dia berhasil bertemu, namun tentu saja tidak disambut baik oleh Calibri, karena ketika bertemu Radiant berkesan sedang menuduh Calibri mematai-matai hidup almarhumah istrinya. Tentu saja Calibri merasa tersinggung dan mengusir Radiant. Namun pemuda ini pantang menyerah. Dia terus berusaha mengajak bicara Calibri, sampai akhirnya mereka bisa berbicara baik-baik dan mulai berteman.

Setelah itu, kisah di antara mereka pun terus terjalin. Menumbuhkan rasa cinta di antara mereka berdua. Dan tiba-tiba saja, Calibri menghilang, pulang begitu saja ke Frankfurt setelah dijemput oleh Emil. Membuat Radiant nelangsa, dan merasa digantung perasaannya. Pemuda ini yakin sekali kalau mereka berdua memiliki perasaan yang sama. Tapi kenapa dia ditinggalkan begitu saja?

Kali ini, dia tidak mau menyerah, Radiant pun memutuskan untuk menyusul ke Frankfurt berbulan-bulan kemudian. Tentu saja karena dia harus mengumpulkan dananya, menyiapkan visa, dan meminta cuti dari kantor. Dan kisah di Frankfurt pun dimulai.

Ada apa saja di sana? Yang pasti mereka berjalan-jalan ke daerah pertokoan Zeil, berjalan kaki menyusuri jalanan kota, sampai ke museum Goethe, lalu bike tour, mengunjungi reruntuhan kastil tua, mengunjungi kebun binatang. Bahkan Radiant menceritakan pengalamannya ketika dia bike tour saat masih kuliah master di Frankfurt.

Hal. 157
"Ya, saat itu kami sedang tersesat ketika melewati area pedesaan. Kami melewati sebuah pertanian. Dan karena sudah lelah, lapar, dan air kami sudah hampir habis, kami pun memberanikan diri untuk mengetuk salah satu pagar rumah. Keluarlah wanita itu. Dia sangat menarik, dengan pipinya yang bulat kemerahan, rambut merah keriting yang disanggul ke atas, ada sedikit anak rambut yang terlepas dan menempel di keningnya yang berkeringat. Suaranya ramah, tidak terlihat sama sekali dari tubuhnya yang besar. Ya, wanita itu mungkin setinggi kamu tapi mungkin dua kali lipat beratnya darimu. Dia suka sekali memeluk, rasanya seperti sedang diikat di antara bantal yang sangat empuk namun menyesakkan, dan harum tubuhnya seperti kayu manis. Karena rupanya dia baru saja memanggang kue kayu manis. Saat itu, kami dipaksa masuk ke dalam rumah dan dijejali banyak makanan sampai kami tidak sanggup berjalan." Radiant terkekeh sambil bercerita, terbayang lagi olehnya pengalamannya sekitar sepuluh tahun yang lalu. 

Lalu, kisah seperti apa yang terjadi saat mereka bike tour? Dan bayangan mengerikan apa yang dilihat lagi oleh Calibri?

Yuk, ah, daripada penasaran, mending beli bukunya langsung! Selain diajak jalan-jalan mengelilingi kota Frankfurt, kalian juga akan disajikan kisah cinta yang tidak biasa. 

Hal. 201
Tak terasa, air matanya menetes. Tuhan memang menciptakan makhluknya dengan sempurna. Ketika satu indranya tertutup, ternyata indra lainnya malah berkembang semakin kuat.




Komentar

Popular

Keseruan Pertama Kali Bermain Ski di South Korea

Cruise to Alaska

1st Flight Kuala Lumpur part 2