Let's Get Lost in Thailand bag 4

781
Yes, akhirnya punya waktu juga untuk menulis bagian 4 ya.

Yeeaayy!

Bagian 4 itu berarti hari ke 4 perjalananku di Thailand bersama suami tercinta. sebelumnya, kalau kalian perlu info mengenai phuket, kalian bisa mampir ke Let's Get Lost in Thailand bag 1Let's Get Lost in Thailand bag 2, dan Let's Get Lost in Thailand bag 3.

Sesuai dengan Itinerary yang sudah saya rancang sejak di tanah air, hari ini kami harus bisa berkeliling Bangkok sampai puas! Karena kesempatannya hanya hari ini aja, besok sudah harus bersiap-siap pulang kembali. *mendesahkecewa #SoonBeBackToRealityAgain.

Tapi seperti halnya sejak hari pertama sampai di Phuket ternyata program acara berubah seratus persen, begitupun halnya ketika di Bangkok ini. Kami sama sekali tidak patuh pada Itinerary yang sudah saya buat dengan susah payah dan penuh cinta ketika masih di tanah air.

Jadi, pada pukul tujuh pagi, kami sudah keluar dari hotel. Tujuan kami adalah menuju Wat Pho, Wat Arun, Grand Palace, dan istana-istana tersebut. Intinya, kami perlu menuju dermaga untuk naik perahu kecil.



Awalnya, kami berniat naik BTS aja, karena sepertinya akan lebih mudah, tapi pada kenyataannya, jalurnya ribeeet. Kemudian atas usul bell boy, dia menyarankan agar kami naik taksi saja, hanya 100 baht. Yah, murah dong itungannya. Daripada ngabisin waktu di jalan, iya nggak? Maka kami pun menurut, kami bilang mau ke dermaga, naik kapal. Berangkatlah kami tanpa ada kendala.

Selama di perjalanan, supir taksinya ramah sekali, dia menawarkan banyak sekali objek wisata yang bisa kami ambil, salah satunya adalah ke tempat lebah madu. Tapi karena budget (kayaknya suami lebih milih belanja daripada ke tempat wisata -___-), kami pun menolaknya. Begitupun ketika aku menyarankan suami untuk ambil Dinner Cruise. Memang sih, Dinner Cruise nggak murah, tapi kan asyik aja ya, makan malam menelusuri sungai Chao Praya naik kapal pesiar dengan pemandangan yang breathtaking. Memang sih satu orang nggak murah, sekitar 750 baht perorang, jadi berdua sekitar 1500 baht. Yah, untuk saat ini kita masih turis irit, jadi cari yang gratisan aja ya.

Setelah sekitar sepuluh menit tanpa macet di dalam taksi, akhirnya kami sampai juga di tujuan. Tapi... tapi, ada yang aneh. Karena kok tempatnya sepi sekali, tepatnya ada di samping hotel Shangrila. Nggak ada siapapun di dermaga itu. Dan yang anehnya, harga tiketnya itu 1400 untuk berdua. Aku syok lah! Mihil bingit! Perasaan waktu browsing di blog orang nggak segitu deh! Tadinya suami udah mau bayar aja, tapi karena kebetulan aku yang pegang duitnya, aku yang nahan diri. Sampai akhirnya karena suami melihat keraguanku, suami memutuskan untuk menjawab kalau kami akan memikirkannya dahulu disebabkan dana yang terbatas.

Jadilah kami berjalan keluar dermaga, menuju depan hotel Shangri-la yang mungkin jaraknya hanya 20 meter, karena asli deket banget. Saat itu rasanya aku merasa nyasar dan nggak tahu harus bagaimana, supir taksinya sih masih ada di sana, tapi aku udah nggak percaya untuk minta tolong dia lagi. Akhirnya aku memutuskan untuk bertanya pada satpam hotel, yang untungnyaaaa.... dia bisa bahasa Inggris (Thank GOD!). Eh iya, bener lho, lagi sehari sebelumnya aku sampai di Bangkok ini, nanya-nanya hotel Baiyoke di mana, pakai bahasa Inggris, satpam yang aku tanyain nggak bisa jawabnya.

Satpam itu untungnya jujur dan baik hati dan ganteng deh (aku puji soalnya memang berjasa banget bagi kami saat itu walaupun hanya memberikan petunjuk arah yang benar!). Satpam itu hanya bilang, "Kalian lewat jalan yang disamping ini, lurus aja, ikuti jalan, nanti keluar belok kanan, kalian sudah sampai di dermaga!" begitu kurang lebih bahasanya ya.

Maka jadilah kami menuruti petunjuknya. Dan ternyata, jadi benar-benar pengalaman berharga lho, karena melalui jalan ini, kami menemukan sebuah masjid, yang nggak nyangka aja bisa ketemu. Sayangnya bukan waktunya sholat, jadilah kami hanya foto-foto saja.

Bergaya di depan sebuah Masjid yang tidak sengaja kami temukan ketika tersasar

Suami sudah mulai kelaparan, karena kami keluar hotel pagi sekali dan pasti belum makan. Di jalan yang kecil ini kami menemukan banyak tempat makan. Ada sebuah tempat makan yang menarik perhatian suami, tapi sayangnya makanannya mengandung Pork (Ya pastilah!). Suami hampir saja ngotot pengen makan di sana (karena pengen makan mie, dan pura-pura nggak tahu. Ih, gimana mau pura-pura nggak tahu, kan tadi udah nanya). Jadilah akhirnya aku lagi yang ambil alih kendali. Aku terus tuntun suami, menyusuri jalan. Sampai akhirnya kami sampai di Bangrak Bazzar, yang ternyata benar-benar merupakan surga bagi kami. Jadi di Bangrak Plaza ini bagian lantai bawahnya ini seperti Food Court, dan ada beberapa stand penjual makanan halal. Sehingga banyak pilihan untuk kami. Tapi yang lebih pentiiiing... harganya pun Murah! Jadi dengan 100 baht berdua kami sudah bisa makan super enak dan kenyang. Alhamdulillah! Terus yang menariknya lagi, toiletnya unik lho, masa di kasih pintu putar yang dikunci, kalau mau masuk harus masukin koin baru pintu putarnya jalan. Toiletnya? Standar lah, kotor banget juga nggak, tapi dibilang bersih juga nggak. Lumayan lah, diriku yang jijikan ini bisa pipis.

Suami iseng ngambil fotonya pas aku baru keluar dari toilet tersebut :p :p 

Setelah kenyang makan, kami pun mulai berjalan kembali. Mungkin hanya sekitar Seratus meter, kami sudah tiba di tujuan, Sathorn Pier. Bahagianyaaa...! Dan ternyata kami hanya cukup membayar 80 baht perorang untuk naik perahunya. See... see... aku nggak salah kan? Memang nggak semahal itu, sampai 1400 baht berdua. Wew!

Dermaga di mana kita bisa naik kapal menuju Wat Arun, Wat Pho atau Grand Palace
Naik kapalnya juga seru banget kok! Karena jalannya terlalu cepat, air sampai muncrat-muncrat mengenai wajah, tapi tenang aja, nggak bakalan sampai basah kuyup kok! Kita juga pasti papasan sama kapal-kapal yang lainnya. Sebenarnya dari sungai ini, kita sudah bisa melihat destinasi menarik lainnya lho, seperti Aquatic dan kuil-kuil lainnya. Tapi karena memang tujuannya turun di Grand Palace, jadi kapalnya memang hanya akan berhenti di Grand Palace. Lumayan jauh, jadi kalian bisa cukup bersantai dan menikmati suasana selama naik kapal ini.

Mari kita bertualang 

Setelah turun, kami pun berjalan sekitar 500 meter, dan akhirnya sudah sampai di depan pintu gerbang Grand Palace. Tapi saat itu, situasi sedang SAANGAAATTT ramai! Dan sepertinya turis dari China banyak banget ya, ada beberapa rombongan lho! Turis-turis bulenya juga banyak. Turis Melayu aja yang sedikit, hehehe...! Mungkin memang bukan musimnya bulan-bulan itu turis Indonesia berkunjung ke Bangkok.

Tuh, mau masuk ke Grand Palacenya ramai sekali!


Kami lihat ternyata tiket masuk ke Istananya sekitar 500 baht perorang. Aku sih udah pengen masuk banget, pengen lihat-lihat, foto-foto, narsis di dalam. Ya nggak? Katanya juga ada patung Budha emas. Wih, siapa yang nggak pengen lihat coba?

Eeh... tapinya....

Jadi, mungkin karena suami melihat tiket masuknya yang mihil (dan kami sudah boros banget di Phuket, jadi dana sudah mepet), suami pun bertanya, "Di dalam ada apaan aja sih chayank?"

"Kalau nggak salah patung emas gitu sih! Sama kuil-kuil!" kataku dengan entengnya masih belum curiga apa-apa.

Kemudian inilah jawabannya yang merupakan tanda kalau aku harus mengubur harapan dalam-dalam untuk masuk ke dalamnya.

"Penting nggak sih kita ngelihat gituan?"

GUBRAK!

Pentiiiing! Kan namanya juga lagi wisata ke Bangkok. Kapan lagi kita bisa ke sini Bapaaaak!

Tapi teriakan itu hanya ada di dalam kepalaku saja.

Ya sudahlah, nurut aja. Akhirnya kami nggak jadi masuk dan hanya bisa berfoto dari luarnya saja. Sebenarnya sudah masuk areanya sih, sudah masuk pintu gerbang, hanya saja belum masuk ke tempat wisata utamanya, alias belum melewati gerbang yang bayar.

Bergaya di luar Kuil (abaikan latar belakangnya yang sebelah kiri ya)


Seramai itulah Grand Palace, membuat suami berubah pikiran dan memutuskan tidak masuk ke dalam

Harus cukup puas dengan berfoto di sini
Setelah akhirnya aku harus puas hanya dengan berfoto-foto di pinggiran Istana, kami pun melanjutkan perjalanan lagi. Disinilah kadang aku pengen banget masukin suami ke dalam karung terus aku terbangin ke bulan. Suami nuntut aku, kemana tujuan kita lagi kali ini. Yah, pusing-pusing aku jawab aja Khaosan Road. Padahal aku juga nggak tahu di sana ada apa. Aku cuma baca blog orang kalau ke Bangkok, kudu pergi ke sana.

Setelah itu, kami pun bertanya-tanya pada orang yang bisa kami tanyakan. Sebenarnya sih aku memegang peta, tapi petanya kan kecil dan nggak jelas ya, belum kalau tulisannya pakai tulisan yang kayak cacing itu, bacanya gimana coba? Ya, jadilah kami tanya-tanya ke orang yang lewat. Padahal hanya bertanya pada satu orang aja. Hehehe...

Ternyata kami cukup jalan kaki saja. Kami tanya apakah dekat, dia sih dengan entengnya menjawab dekat. Ya sudah kami turuti saja. Yang ternyata jauuuuuh! Ada kali lima kilometer. Kaki sampe sakit banget gitu, sampe lecet. Tapi namanya juga lagi wisata, iya nggak? Buktinya kami masih bisa selfie kooook!

Bergaya di International Meditation Centre
Perhatian Bus yang berjejer deh, kebayang ramenya yah di dalam Grand Palace itu.
Itu tamunya Grand Palace semua.

Lokasi bangunan ini tepat di seberang Grand Palace
Ini mungkin pusat kotanya ya? Kalau di Jakarta Mungkin ini di sekitaran Thamrin-Monas gitu
Kami terdampar di sini

Suami narsis ^^ 


Sebelumnya aku meneruskan cerita, ada satu hal yang harus kalian ketahui tentang aku. Jadi, aku ini memiliki kelebihan, aku bisa membaca peta. Nah, seharusnya juga dalam perjalanan ini aku dong yang berhasil menemukan Khaosan Road. Tapi pada kenyataannya, yang menemukannya malah suami. 

Jadi, ketika akhirnya kami sudah terdampar di depan papan peta tersebut di atas, aku bilang ke suami kalau Khaosan Road itu seharusnya sudah dekat banget. Tapi kalau aku lihat lampu merah/belokan itu masih jauuuuh. Nah, yang anehnya, di dekat papan jalan tersebut, ada sebuah jalan tembusan. Yang kalau dilihat dari depan itu kayak buntu. Pokoknya nggak bakalan ngira kalau di situ ada jalan tembusan deh. Kalian pasti pernah mengalaminya deh di kota tempat kalian tinggal, dimana ketika sedang mencari alamat, ternyata ada jalan tembus yang lebih dekat dan kalian sama sekali tidak mengira kalau jalan itu ternyata bisa ditembus, karena kalian berpikir kalau itu jalan buntu.

Nah, ada satu hal juga yang harus kalian ketahui, kalau aku ini patuh pada petunjuk. Lain halnya dengan suami, yang cenderung mencari jalan lain yang lebih cepat dan enak. (Sebenarnya kalau dipikir-pikir, sifat kami berdua bertolak belakang, kadang menguntungkan kadang merugikan. Dan dalam beberapa hal sebenarnya justru semacam saling melengkapi. Mungkin itu sebabnya jodoh?) Oke, balik ke cerita.

Jadi, melihat dari peta, suami malah memutuskan untuk melalui jalan tersebut, entah atas pertimbangan apa, suami ngotot lewat sana, nggak mau ngedengerin aku sama sekali. Ya sudahlah, sebagai istri nurut aja. Dan ternyata kami malah masuk ke sebuah pertokoan kaki lima, gang kecil gitu, sempit. Jalannya juga kalau dilewati oleh dua orang yang satu harus agak miring badannya. 

Yang menariknya, di dalam gang sempit ini, aku malah menemukan toko cendera mata yang unik, sepati kulit buatan tangan, tas kulit buatan tangan, dan kerajinan lainnya. Harganya juga sebenarnya tidak terlalu mahal. Tapi sekali lagi, berhubung kami turis irit, kami hanya melihat-lihat. Hahahaha.... Di dalam gang ini juga aku minta dibelikan Thai Tea oleh suami. Padahal duit aku yang megang, tapi kalau mau beli apa-apa tetap aja musti bilang. #mendesah... harganya hanya 50 baht kok. Rasanya juga lumayan. 

Setelah itu, kami pun berjalan lagi, menyusuri gang sempit tersebut. Sampai akhirnya aku sadar, kalau kami sudah di khaosan Road membaca dari papan nama salah satu toko di gang sempit tersebut.

"Ya ampun, Chayank, kita udah nyampe!" teriak aku antusias. Nggak nyangka aja yang tadinya cuma asal-asalan, beneran nyampe ke tujuan. Hehehe....

"Ya iyalah, masa kamu baru ngeh?" ledek suami, membuat aku langsung mesem. Padahal aku yakin banget kalau sebelumnya dia juga nggak ngeh kalau sudah sampai di Khaosan, karena kan masih di gang kecil gitu.

Melewati gang kecil tersebut sebenarnya cukup menarik, karena banyak cindera mata yang sebenarnya bisa kami beli sebagai oleh-oleh. Tapi berhubung hotel kami di pasar Pratunam, jadi untuk membeli oleh-oleh di sana, kayaknya nggak deh, soalnya kami yakin di pasar Pratunam harganya lebih murah. Hehehe...


Salah satu spot super cozy yang kami temukan di Khaosan Road

This is Khaosan Road
Setelah kami hanya menyusuri jalan Khaosan Road (Asli! Bener-bener hanya menyusuri!), suami mulai menuntut lagi kali ini kita harus kemana. Akhirnya aku jawab Ke daerah sukhumvit yang artinya kami harus ke stasiun BTS. Nah, untungnya tepat di sebelah Papan Khaosan Road di atas, terdapat pos polisi yang memang dikhususkan untuk turis. Kami pun bertanya, kalau mau ke stasiun bagaimana. Pak Polisi pun memberi tahukan salah satu nomor bus yang bisa kami naiki. Nah, yang tidak kami ketahui (karena terbiasa tinggal di Jakarta, kalau mau naik metromini asal nyetop di mana aja), maka ketika kami melihat nomor bis yang kami tunggu, kami melompat-lompat dan berteriak-teriak pada supir bis tersebut agar berhenti. Untungnya supir busnya baik, dia pun berhenti dan membiarkan kami naik. Walaupun akhirnya ketika di dalam bis kami ditegur kalau mau naik bus harus di halte bus. Untungnya kami turis, jadi mungkin di maklum. Untungnya mereka nggak nanya kami turis dari mana. Coba kalau nanya, aku kan nggak mungkin bohong bilang dari Kuala Lumpur.

Oh iya, sistem pembayaran di dalam bisnya juga unik deh. Jadi keneknya bawa tabung panjang gitu, mirip tempat pensil deh, tapi panjang, tempat dia nyimpen koin. Nah, di dalam tabung itu ada kertas yang merupakan tiket bus. Tiketnya juga kecil banget, kayak pita lebarnya, tapi pendek, berupa gulungan. Tiket tersebut akan dirobek sebagai bukti pembayaran. Ngerobeknya juga lucu. Jadi, tutup tabung tersebut yang kalau dibuka horisontal ya, jadi memanjang, ditutup kembali dengan kertas yang sudah ditarik keluar, kemudian kertasnya ditahan oleh tutup tabung tersebut, sehingga memudahkan untuk menyobek tiketnya. Menurut aku sih unik, Unik soalnya tabungnya lucu.

Ketika naik di dalam bis, sebenarnya aku nggak tahu dimana kami harus turun. Buta sama sekali, karena semua itinerary sudah berubah sama sekali, jadi petanya sudah nggak bisa diandelin. Pokoknya kami sudah bilang kalau kami mau turun di stasiun terdekat!
BTS Maps (sumber : http://www.bangkok-maps.com/bts.htm#)

Akhirnya kami naik BTS dari Stasiun Victory Monument. Dan karena ternyata ketika di Siam ada semacam transit gitu ya, kami baru sadar kalau di Siam itu ternyata banyak tempat yang bisa dikunjungi. Salah satunya adalah Siam Paragon Mall, di mana di sana kan ada Madame Tussaud, itu loh, semacam museum patung lilin para selebritas dunia. Jadilah kami turun di sana. Berkunjung ke mallnya, dan berfoto bersama Tom Cruise. Sebenarnya kalau mall nggak aneh deh ya, secara di Jakarta juga merupakan kota sejuta mall. Hehehehe...

Setelah puas melihat-lihat di mall yang sepertinya ditujukan untuk golongan menengah ke atas penduduk Bangkok, kami pun naik kembali untuk menyeberang jalan menuju MBK Centre. Naahh..., di mall MBK ini ada musholla lho. Walaupun kecil, tapi mengakomodasi laah...

Pasangan ideal banget ya?! ^^'
Di MBK Centre ini sebenarnya mirip-mirip mall Ambassador, karena ada area yang menjual khusus barang elektronik saja. Di Mall ini suami malah dapat ide aneh, dia ngajak nonton. Yang tentu saja langsung aku tolak.

"Terus nanti aku nontonnya dengan subtitle bahasa Thailand gitu chayank? Kamu kan tahu sendiri kalau untuk listening, kadang aku suka nggak nangkep, yang ada nanti aku malah tidur di dalem." Ucapku menaikkan satu alisku tidak percaya dengan idenya tersebut. (#tsaah gaya nulis novelnya keluar)

Sebenarnya bukan ide yang buruk, hanya saja tidak tepat. Dan suami juga paham banget lah, secara kita udah nikah 6 tahun gitu. Akhirnya kita hanya berkeliling-keliling mall MBK. Di dalam mall di bagian atasnya selantai dengan bioskop banyak terdapat stand yang menjual oleh-oleh lho. Dan cukup murah, jadi kalau kalian mau membeli oleh-oleh, di mall MBK ini juga sudah tepat. Tapi kalau kami, sekali lagi, berhubung kami hotelnya di pasar Pratunam, kayaknya pass aja deh. Hehehe...

Kalau untuk Musholla adanya di lantai tepat di bawah lantai bioskop. Nggak susah kok nyarinya, dekat eskalator naik gitu, tapi lupa di sana itu ada berapa eskalator. hehehe... yang pasti deket void mall aja. Di musholla ini, kami menjamak sholat dzuhur dan ashar. Setelah itu, kami galau, haruskan makan siang di sini. Dan akhirnya kami memutuskan untuk tidak makan siang di sini. Setelah puas melihat-lihat dan sepertinya juga hanya itu-itu aja yang dilihat, kami pun keluar dari dalam mall menuju BTS. 

Seperti biasa, suami langsung menuntut, "Agendanya apa lagi, chayank?"

"Ke Sukhumvit!" yang padahal aku nggak tahu nanti di Sukhumvit mau ngapain. 

Jadi, Sukhumvit ini seperti jalan panjang yang terdiri dari puluhan hotel, kantor dan banyak mall. Jadi kamu mau ngapain di sini? Jalan kaki aja kok! Hehehe...

Kami turun di Stasiun Sukhumvit, dan jujur, tanpa sepengetahuan suami sebenarnya, aku nggak tahu mau kemana di wilayah ini. Tapi yang pasti kami memutuskan untuk mencari makan siang. Yang akhirnya jadi pada sebuah foodcourt yang menempel dengan hotel. Sebenarnya di foodcourt ada makanan halalnya makanan india, tapi sepertinya mahal-mahal. Jadilah kami dengan Lillahita'ala mencari stand makanan yang tidak mengandung babi. Dan pilihan makananku jatuh pada mie Pho dengan paha ayam. Sebenarnya kuahnya enaaaak banget. Cuma dasarnya akunya suka lebay, aku nambahin banyak banget bumbu cabe. Alhasil, nggak bisa dimakaaaan... Huaaa... Tapi tetap aku makan sih, tapi isinya aja. Airnya nggak bisa dimakan, nggak kuat makannya. Walaupun letaknya di foodcourt, yang tempatnya bagus, tapi harganya masih reasonable kok, nggak mahal, paling kalau dirupiahin itu 40 ribuan.

Setelah kenyang makan, kami pun mulai berjalan berkeliling. Tapi kan emang di Sukhumvit nggak ada apa-apa ya, selain hotel, kantor dan mall, kami pun mulai berjalan kaki menyusuri jalan. Sampai akhirnya kami tiba di Nana. Nana itu terletak tepat di sebelah Sukhumvit banget, dan perbedaan kedua wilayah ini kerasa banget deh. Jadi kalau Sukhumvit itu semacam tempat untuk middle up class ya, mewah gitu. Sedangkan kalau di Nana itu untuk middle low class, walaupun nggak kumuh juga, malah jauh dari kata kumuh. Yalah, tempat wisata gini masa kumuh. Kita demo saja pemerintahannya kalau tempat wisata kumuh! Maksudnya, di daerah Nana ini banyak terdapat hotel backpacker, dan banyak toko-toko suvenir. Dan yang luar biasanya, kita bisa beli Dild* dengan bebas loh. Karena dipajang dipinggir jalan, lengkap dengan obat kuatnya. OMG OMG OMG.... aku sih biasa aja ngelihatnya, secara udah pernah ngeliat yang asli juga (hehehe), tapi masalahnya dijual dipinggir jalannya itu loh, di bawah tangga jalan stasiun BTS. Terlalu bebas kayaknya. Suami malah sampai nyeletuk kalau pas malam semuanya yang "dagang" malah keluar semua. #syok

At sekitaran Nana,
Not too much different with Jakarta, hanya saja MC Donaldnya digabung dengan Pom Bensin :D
Nggak usah lah ya saya kasih foto Dild*nya. hehehe...
Nah, setelah menyusuri Nana yang lumayan panjang, kami kelelahan sangadh. Akhirnya saya dan suami ngaso di salah satu halte bus. Yang sebenarnya bingung mau naik bus apa, karena 90 % dari busnya memakai tulisan Thailand sebagai plang busnya. Tadinya kami mau naik Tuk-tuk, tapi abang tuk-tuknya nawarin ongkosnya mihil. Suami nggak mau lah. Dibilangin dia cuma mau ngabisin duit buat belanja doang. Akhirnya kami tetap sabar menunggu bus yang kami kira akan menuju Pratunam atau setidaknya Platinum mall. 

Akhirnya tibalah bus yang kami nantikan, tapi kali ini busnya berAC sehingga bayarannya agak mahal. Tapi nggak apa-apa, yang penting nyaman. Di dalam bus ini, ada sekelompok turis asing (sepertinya eropa/Jerman), yang sedang asyik mengobrol. Ternyata sebelumnya mereka juga tidak saling kenal. Jadi ada dua orang cowok di antara turis itu, yang wajahnya ya ampuuunn... ganteng banget... ah, sayangnya ada suami... (Becanda :D ) Dia cerita kalau dia mampir ke sebuah negara, pasti dalam waktu lama, sampai duit nyaris habis. Nah, kalau sudah begitu biasanya mereka bekerja, misal dengan mengamen, dengan begitu mereka bisa punya duit lagi untuk pergi mengunjungi destinasi mereka berikutnya. Kedengerannya adventurous banget ya. Tapi dikupingku yang sudah uzur ini, ngedengernya malah ngeri. Ya ampuuun... kalau misalnya bener-bener nggak bisa pulang lagi gimana? 

Sayangnya, kami harus turun duluan karena Platinum Mall sudah didepan mata. Kami berdua pun segera turun. Dan benar saja saudara-saudara, begitu sampai di mall ini, suami pun langsung kalap belanja! Tentu saja belanjaan dia doang. Karena aku nggak mau duitnya kehabisan, aku jadi ikutan belanja laaahh... tapi tetap aja kalau dihitung-hitung, tetap banyakan dia belanjanya.  

Ah, di Platinum mah kita skip aja ya, soalnya isinya belanja doang. Baiklah, setelah puas belanja di Platinum, kamu pun kembali ke hotel dengan berjalan kaki menerobos pasar pratunam, dimana saat itu waktu sudah menujukkan pukul enam sore, sehingga hampir semua toko juga sudah tutup. Ketika di jalan pulang, aku beli martabak pisang, dan es Thai Tea (penjual Thai Tea kayaknya ada dimana-mana deh, gampang banget nemuinnya soalnya), sedangkan suami sendiri beli serangga. Beneran SERANGGA! Jangkrik gitu, dan beneran dia makan. IIhhh... Chayank! Sanah, jangan cium aku dulu.
Semua belanjaan itu kami bawa ke hotel, jadi untuk dimakan dihotel aja.

Tapi setelah itu, karena kami belum makan nasi, tetap saja kami keluar hotel lagi malam harinya, tepatnya pada pukul delapan malam. Kali ini kami mengitari pasar Pratunam malam hari. Yang ternyata, tepat di depan hotel Baiyoke Sky yang paling tinggi itu, bazaarnya nggak pernah tutup lho. Jadi maksudnya, kalau shift pagi udah selesai, gantian Shift malam yang jualan. Seperti itu terus. Ya ampun, toko 24 jam. See... see... enak kan lokasi hotelnya :D :D

Oke, deh, guys, kayaknya sudah selesai deh pengalaman hari ke 4 ini. Agak panjang ya, karena emang padat banget sih kegiatan hari ini. Saya aja sampai mimisan malamnya karena kecapaian kayaknya. But It's definitely very-very-very fun and memorable. I love Chayank, makasih sudah bawa aku jalan-jalan ke Bangkok.

Oh iya, kalau masih penasaran gimana pengalaman kami tiga hari sebelumnya, bisa baca di 

Makasih sudah berkenan mampir. 

xoxo

Komentar

  1. Nah bener tuh kata misua kalo mengeluarkan budget harus dilihat sisi urgennya hehe. Tapi ketutup lah sama foto2 narsisnya hehe. Bangkok termasuk ramah penduduknya berarti ya. Ada masjid pula yg bisa digunakan ketika berkunjung

    BalasHapus

Posting Komentar

Hallooo, senang banget kalian sudah mampir dan memberikan komentar di sini ^^

Popular

Keseruan Pertama Kali Bermain Ski di South Korea

Cruise to Alaska

1st Flight Kuala Lumpur part 2