Sumpah seorang Ibu

781

Pernah dong kita membaca sebuah artikel atau broadcast tentang seorang anak yang membuat sang ibunda marah, dan menyumpahi kalau anak tersebut akan menjadi imam besar di masjidil haram? Iya, beliau adalah Abdurrahman bin Abdul Aziz As Sudais An Najdi, seorang imam besar di masjidil haram di mana tartilnya menjadi favorit kebanyakan umat muslim di seluruh dunia.

Atau mungkin kisah yang berasal dari negeri sendiri, Malin Kundang. Pasti kalian semua tidak asing lagi dengan kisah ini dong. Kisah tentang seorang anak laki-laki yang tidak mau mengakui ibunya sehingga sang ibu murka dan mengutuknya menjadi batu.

Dari kedua kisah bertolak belakang di atas, ada satu kesamaan yang bisa kita ambil benang merahnya, yaitu sumpah seorang ibu.

"Janganlah kalian mendoakan (keburukan) untuk dirimu sendiri, begitupun untuk anak-anakmu, pembantumu, juga hartamu. Jangan pula mendoakan keburukan yang bisa jadi bertepatan dengan saat di mana Allah mengabulkan doa kalian...." (HR. Abu Dawud)

Dari hadist di atas, merupakan peringatan bagi kita agar senantiasa menjaga lisan. Oke, lalu, ada pertanyaan menarik yang pernah saya dapatkan dari salah seorang guru saya ketika membahas masalah ibu.

"Apa yang terjadi selanjutnya pada ibunya Malin Kundang? Apakah beliau masuk surga?"

Sebuah pertanyaan yang terdengar remeh namun sangat dalam dan menohok. Ah ya, benar... kita sama sekali tidak memikirkannya. Selama ini, kita hanya mengambil hikmah kalau jangan sampai kita berbuat durhaka pada ibu kita. Namun, dalam sebuah kehidupan pasti ada saja ujian yang tidak akan pernah kita duga. Entah apakah itu ujian ekonomi, ujian orang tua, ujian pasangan hidup, atau bahkan ujian dari anak.

Oke, kita kembali lagi pada pertanyaan pokok di atas. Sebelumnya mari kita melihat hadist berikut.

"Tidak akan masuk surga siapa saja yang di dalam hatinya ada seberat biji sawi dari kesombongan." (HR. Muslim)

Dari hadist di atas, yang jadi pertanyaan besarnya adalah "Apakah definisi dari sombong?"

Selama ini, kita mengetahui kalau sombong itu menghargai diri secara berlebihan, congkak, pongah (menurut KBBI).

Sedangkan menurut hadist :

Ada seorang lelaki dari sahabat Rasulullah berkata, "Wahai, Rasulullah, salah seorang dari kami ingin agar bajunya bagus, demikian pula sandalnya bagus. Apakah itu termasuk kesombongan, wahai Rasulullah?" 
Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai keindahan. Adapun kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia."

Dari kedua definisi di atas, mungkin tanpa kita sadari kita termasuk di dalamnya. Ketika kita merendahkan orang lain, bisa dibilang itu berarti kita meninggikan diri kita sendiri. Ketika kita mengutuk anak kita atau siapapun itu, tanpa sadar kita sudah bersikap sombong terhadap Allah. Karena sesungguhnya yang bisa mengutuk atau melaknat hanyalah Allah. Tentu saja kita bisa mengetahui siapa-siapa saja yang dikutuk dan dilaknat oleh Allah di dalam Alquran dan hadist. Oleh sebab itu, hendaknya setiap muslim menjauhkan diri dari sifat sombong. Dari sifat sombong ini tentu saja berhubungan dengan dengan masalah lisan atau ucapan. Seringkali kita sebagai manusia tergelincir dengan ucapan kita sendiri. Karena sesungguhnya, tiada sesuatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. (QS. Qaaf (50):18)

OK, sekarang kembali ke topik utama. Pertanyaannya selanjutnya adalah, setelah kondisi anaknya terpuruk, apa yang akan dirasakan oleh sang ibu? Saya yakin seyakin-yakinnya, kalau tidak ada satu pun di dunia ini, seorang ibu yang rela dan ikhlas melihat anaknya menderita. Seorang ibu rela berbohong kalau dia tidak lapar, agar anak-anaknya bisa makan dengan kenyang. Bahkan sepertinya, seorang ibu rela kehilangan seluruh hartanya demi sang anak. Jadi, pertanyaannya, untuk apa sumpah serapah itu? Karena kalau saya perhatikan, banyak ibu di Indonesia ini ketika sakit hati, beliau malah mengutuk anak tersebut. Misalnya dengan kalimat, dasar anak nakal, dasar anak tidak tahu diuntung, dasar anak durhaka, dsb. Hati-hati wahai ibu, ucapanmu itu bisa jadi adalah doamu yang diijabah oleh Allah.

Jadi, menurut kalian, ibunya Malin Kundang itu masuk surga atau neraka?

Sekian tulisan blog ini. Mohon maaf kalau ada salah-salah kata. Sebelum mengakhiri saya hanya ingin menambahkan kalau postingan blog ini bukanlah postingan agama. Kalau ada kesalahan hal ini sepenuhnya merupakan milik saya. Mungkin kalau saya hanya membahas dari satu sisi, tidak adil ya. Selanjutnya inshaaAllah saya akan posting mengenai bakti anak pada orang tua.






Komentar

  1. Saya lah anak yg selalu dipukul dan disumpahi tiap kali almarhumah nenek marah. Bukan karena nakal, tapi adakah manusia yg ga pernah bikin salah di mata orang lain? Cuma ya Alhamdulillah dg begini saya pun harus ingat, cukuplah marah dg diam.

    Masalah sombong, terkadang bahagia bikin kita jadi menyombong dan merendahkan orang lain. Banyak kok saya lihat di IG pada upload foto dg pasangan disertai caption, "Yang belum nikah jangan iri ye, hahaha..." Dalam hati saya cuma bilang, moga pasangannya ga pernah selingkuh ya. Karena dia mungkin setia dan bahagia, pasangannya belum tentu. So be careful with the mouth and writing :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, mbak betul. Harus hati-hati dengan mulut dan jari kalau sekarang, mah

      Hapus

Posting Komentar

Hallooo, senang banget kalian sudah mampir dan memberikan komentar di sini ^^

Popular

Keseruan Pertama Kali Bermain Ski di South Korea

Cruise to Alaska

1st Flight Kuala Lumpur part 2