[REVIEW] NOVEL ISLAH CINTA



ISLAH CINTA 
2017 by Dini Fitria

Penerbit               : PT. Falcon 
ISBN                   : 978-602-60514-8-6
Ukuran                : 14x20,5 cm
Jumlah Halaman : 414 halaman 

Allah knows what is the best for you and when is best for you to have it 
- Diva

Aku selalu percaya setiap hal yang terjadi padaku, seburuk apa pun, adalah yang terbaik. Namun, ketika Tuhan mencobaku dengan bayangan masa lalu, aku sungguh ingin menyerah.
Kebencian kembali mengisi relung, menenggelamkan mimpi masa depan yang sudah kubangun dengan apik. Kisah cinta Jodha dan Akbar serta keanggunan bangunan elok peninggalan Mughal tak bisa menyingkirkan pekatnya dendam. Hatiku kian gelap, bayangan masa lalu itu semakin melarakan hati. 
Akankah kutemukan sang penerang di negeri penuh cinta ini?
India dan jutaan kisah cinta di balik istana-istana indah nan memesona akan kutuangkan di sini. Ini adalah catatanku yang berusaha berislah dengan cinta masa lalu.

***

OK, itulah tadi kutipan blurb yang ada di bagian cover belakang novel. Novel Islah Cinta ternyata merupakan novel ketiga dari serial ini, yaitu Muhasabah Cinta dan Hijrah Cinta. Di mana kedua novel sama-sama mengambil setting luar negeri, yaitu Amerika latin dan Eropa. Novel Islah Cinta sendiri mengambil setting di negeri India. Wah, menarik ya.... OK, mari kita bahas novel ini.

Secara bahasa, Islah sendiri memiliki arti perdamaian. Kalau digabungkan Islah Cinta, perdamaian cinta, berdamai dengan cinta. Apa maksudnya ya? Iya, awalnya pun aku juga bingung dengan makna judulnya. Namun sebenarnya, kalau kita membaca blurpnya, kita bisa mendapatkan gambaran sedikit banyak tentang hal ini. Yep, Diva harus dihadapkan pada cinta masa lalunya.

Well, sebagai seseorang yang tidak pernah terganggu dengan cinta masa lalu, tentu saja saya tidak memahami maksudnya dong. Bagi saya, masa lalu ya masa lalu. Nggak ada hubungan dengan masa depan. Apa lagi kalau sudah lewat bertahun-tahun, sudah tutup buku lah. Jangan harap bisa ngegerecokin lagi. Yeah, I know. I'm that cold. 

Jadi, mari kita mulai dengan adegan pertama dari buku ini.

Buku ini diawali dengan prolog, di mana Diva sedang bersiap-siap (packing) untuk liputan berikutnya. Dia mendapatkan pesan romantis dari Maher (seorang pria yang dikenalnya di Argentina). Diva pun merasa bahagia menerima pesan tersebut. Dan kemudian, ada pesan lainnya yang masuk, kali ini malah dari sahabatnya, Hannah. Oh ya, kalian tahu dong kalau medsos Facebook sering kali memutar foto/status kita bertahun-tahun yang lalu? Nah, si Hannah ini mendadak mengirimkan pesan ini. 

Hei, sahabat, tiba-tiba nemu ini di fb. Kalo jadi skrg sudah anniversary keempat ya ;p

Iya, pesan itu merupakan clue, kalau dalam perjalanan Diva ke tanah India ini, dia akan bertemu kembali dengan cinta masa lalunya, Andrean. 

Andrean dan Diva pernah menjalin kisah. Bisa dibilang mereka sudah bertunangan. Namun pertunangan itu diputuskan secara sepihak oleh Andrean. Andrean dijodohkan oleh ibunya. Dan Andrean memilih pilihan ibunya alih-alih dari mempertahankan hubungannya dengan Diva. 

Patah hati? Sakit Sati? Pasti. Selama dua tahun Diva berusaha move on. Salah satunya adalah dengan menjalin pertemanan dengan Maher. Semacam LDR, tapi sepertinya di novel ini hubungan Diva dan Maher baru sebatas saling gebet deh. Belum jadian gitu. Namun mereka berdua sama-sama tahu kalau mereka sama-sama memiliki rasa.

Diva pergi liputan ke India tidak seorang diri. Melainkan bersama bosnya, Mas Jay. Mereka di sana sudah menyewa tour guide. Yang ternyata Tour guidenya adalah Andrean. 

Jejeng! Kaget dong si Diva ini. Karena setahu dia nama tour guidenya bukan Andrean. Diva berusaha protes dan minta ganti. Tapi karena Mas Jay ini orang ga masalahan ya. Biasalah cowok kan ogah mikir ribet ya. Udah ada pengganti, dan dia lihat orangnya OK, ya sudah ga masalah. Jadi protesnya Diva itu ga didengerin sama Mas Jay.

Jadi, bisa ditebak dong kalau sepanjang buku itu penuh dengan kekesalan Diva akan si Andrean ini. Dan ternyata benar saudara-saudara, si Andrean ini amat-sangat memanfaatkan kesempatan bertemu dengan Diva kembali ini untuk balikan. Dia menganggapnya sebagai "second chance". Dengan menyingkirkan kenyataan kalau dia masih berstatuskan suami orang. Eheh..., kesannya sebrengsek itu ya. Hahaha... iya, tapi herannya, sempat pada proses pendekatan itu, aku justru yang merasa kesal sama Diva yang reaksinya terlalu lebay sama si Andrean ini. Asli judes banget! Dan aku justru yang dibawa merasa tokoh Maher sebagai pengganggu (Andrean dan Diva). Padahal Maher hampir 80% di novel ini kehadiran dia hanya melalui video call dan chat. Nah, kalau Mas Jay ini, aku merasa dia hanya sebagai pelengkap aja. 

Sampai akhirnya pada satu titik, di mana aku merasa simpati pada Andrean, sekaligus kesal, dan aku bisa memahami kenapa Diva menolak dirinya. Bahkan sampai berteriak dalam hati sewaktu baca, jangan diterima, jangan diterima, jangan diterima. Dan Diva sempat yang mempertimbangkan gitu. Padahaaal... Maher sudah melamar dirinya langsung. Ya ampuuun, Diva, beruntung sekali dirimu. Lalu-lalu, akhirnya Diva milih siapa? Nah, kalau ini sih, baca aja sendiri yak. Hehehehehe....

*****

OK, itulah sekilas dari sinopsis novel ini yang bisa aku rangkum. OK, jujur, pada awalnya, aku sedikit enggan membaca genre novel ini. Terus terang, aku bukan penggemar novel roman Islami. Mungkin itu sebabnya sampai sekarang aku ga pernah nulis naskah genre ini. Soalnya bingung aja, pacaran dalam Islam... kan ga ada.... Jadi kalau untuk nulis novel, seringnya melibatkan idealisme aku gituh. Tapi kalau nulis genre pop mah, cincay aja, bebas, aku ga mikir ribet-ribet ke sana. Ada sedikit rasa takut mispersepsi bagi pembaca nantinya kalau aku nulis genre roman Islami. Atau mungkin karena akunya aja yang ga ada ide. Hehehehe.... 

Halaman demi halaman aku membuka novel ini, dan aku mendapati kalau muatan romansanya dikit banget. Justru lebih banyak mengulik tentang peninggalan-peninggalan kerajaan Mughal. Okay, kalau ini sih, aku suka. Apalagi aku pernah dengar, tagline dari seorang traveler di grup Backpacker Internasional, "India itu emang nyebelin, tapi ngangenin". We'll see about that. ðŸ˜ƒ

Eh, ternyata bener banget lho. Di sepanjang novel ini, penulis benar-benar detail banget menggambarkan suasana India, ga hanya mengeksplore situs wisatanya aja, tapi sampai kehidupannya di sana, budayanya, issue-issue di sana. Aku ikutan merasa takut ketika Diva dikejar-kejar sama rombongan pengemis yang ikutan pengen dikasih uang sama wanita ini. Jadi, kalau di sana lihat pengemis, tega-tegaan aja deh. Soalnya kalau ngasih satu, puluhan lainnya bakalan ikut minta pengen dikasih. Aku juga ikut kesel sama si supir yang ga mau nyalain AC mobil, bilangnya kalau bayaran segitu cuma cukup buat bensin aja. Padahal di perjanjian awal ga begitu. (Aku sampai ketawa sih, hahaha... emang, mengenal beberapa 'keturunan' pakistan aja, aku udah kebayang kok sifat orang India yang kayak begitu). Aku juga ikut merasa simpati sama anak kecil, yang bilangnya mau jadi turis guide, ga perlu dibayar. Tapi ujung-ujungnya pas Diva mau beli dua lembar kain kerudung, dihargai mahal banget, setara 200 ribu. Dibilangnya hitung-hitung ongkos nemenin. Lah, tadi bilangnya ga perlu bayar. Hahahaha.... nyebelin pasti pas ngalamin itu. Tapi pas ngingetnya lagi pasti jadi lucu, pengalaman yang ga bisa dibayar sama uang berapa pun. Atau pas lagi naik bus super bobrok. Dibilangnya hanya 3 jam, ga tahunya 6 jam! Kalau aku yang ngalamin sendiri, wallahu a'lam apa yang akan aku lakukan saat itu. (minta pulang kayaknya, tapi ga mungkin juga). Suatu saat lah, inshaaAllah kalau ada rejeki mau deh traveling ke India ini. Tapi jangan sampai pengalamannya kayak Diva juga. Sering nyasar. Iya, yang bikin kesel sama tokoh utamanya, Diva ini suka sok tahu, jalan sendiri, ga tahunya nyasar. Tapi mungkin kalau ga gitu, novelnya ga bakalan seru yak. Hahaha....

Selain banyak membahas tentang arsitektur peninggalan India ini, masalah pekerjaan Diva sebagai seorang reporter pun lumayan detail. Jadi ada gambaran gitu, oh pekerjaan reporter seperti ini. Oh, kalau mau liputan harus bawa surat ijin juga, apalagi di luar negeri. Pas kita nonton di TV kan kayak yang simpel aja yak indah, menyenangkan, iri pengen juga. Padahal kisah di baliknya penuh dengan perjuangan dengan budget minimum. Salut deh! 

Saking mendetailnya, kayaknya novel ini bisa menjadi panduan traveling deh. Hehehe.... 

Gaya bahasa penulis pun bukan gaya bahasa yang berbunga-bunga puitis. Bahasanya simpel, mudah dipahami, enak dan mengalir. Untuk teman bacaan di kala senggang, bisa banget. Dibawa menghayal jalan-jalan ke negeri Hindustan. Bukan hanya dibawa berhayal yang enak-enak, tapi benar-benar dibawa bertualang. Kalian kalau traveling, ga hanya ingin lihat-lihat aja kan, tapi juga mengalami pengalaman spiritual? Benar-benar blend in dengan warga sekitar. Nah, novel ini ngena banget. Selain jalan-jalan, novel ini juga memberikan pengalaman spiritual tersendiri. 

Seperti quote yang diberikan oleh penulis sendiri, "Jangan lupa traveling, dan mencari untuk kembali." Menurut aku juga, dengan traveling justru akan membuat kita menyadari besarnya rasa cinta kita pada negara ini. Ditambah lagi, keengganan aku awalnya ternyata tidak terbukti sama sekali. Novel ini sangat asyik untuk dibaca. Walaupun novel romance Islami, tapi ternyata tidak seperti yang aku bayangkan awalnya.

OK, sekian dulu review-nya. Selamat membaca ^^ *muah*






Komentar

Popular

Keseruan Pertama Kali Bermain Ski di South Korea

Cruise to Alaska

1st Flight Kuala Lumpur part 2