Dinas ke Bali Plus Liburan Part 1

781
Halo semuanya, apa kabar? Semoga senantiasa diberikan kesehatan dan kebahagiaan ya.
Sesuai dengan judulnya, postingan kali ini saya ingin berbagi pengalaman menemani suami dinas plus liburan. Hehehe... (Maksudnya, suami kerja saya liburan gitu - merangkap supir pribadi 😅😅😅).

Oke, jadi perjalanan kali ini dijadwalkan tanggal 28 Juli s/d 31 Juli 2017. Pembelian tiket sudah dilakukan sejak sepuluh hari sebelumnya. Tapi mungkin karena jadwal penerbangan pas weekend, tiket pesawat mahal-mahal, paling murah 700ribuan. Nah, suami sekarang punya hobi baru, penerbangan domestik manapun, kalau bisa dilakukan melalui Bandara Halim Perdana Kusuma, dia akan membelinya. Alasan utamanya karena bandara tersebut dekat dari rumah. Kalau ke Soekarna Hatta kan, paling telat dari rumah harus dua jam sebelumnya, itu udah ded-degan setengah mati, belum kalau kena macet (dan seringnya pasti kena macet kalau jam-jam kerja). Nah, kalau dari Halim kan bisa agak santai. Tapi karena pulangnya agak santai, suami nggak masalah kalau penerbangan pulang menuju Bandara Soekarno Hatta malam hari, mikirnya pasti sudah nggak macet. Jadi, itulah yang kami lakukan. Berikut Itinerary penerbangan kami.

HLP - DPS 13.40 - 16.60 (Halim - Denpasar)
DPS - CGK 20.40 - 21.35 (Denpasar - Soekarta Hatta)

Sehari sebelum keberangkatan, suami sudah sibuk mencari rental mobil. Awalnya suami maunya mobil kecil yang murah aja, misal karimun lama dengan harga sewa berkisar 125ribuan. Tapi ternyata sudah nggak ada. Hahahaha.... Jadi sekarang rental mobil paling minimal itu sudah Karimun Estillo, harga sewa berkisar 180ribu. Tapi sayangnya untuk tanggal yang kami minta, stok mobilnya sudah kosong, yang ada mulai dari Avanza, Ertiga dan jenis mobil besar lainnya. Ya, okelah, nggak apa-apa, sudah deal harga dengan salah satu rental.

Kemudian, tibalah kami pada hari H, Jumat 28 Juli 2017. Kami berangkat pukul 12.30 dengan memesan taksi online. Ketika kami naik ke mobil, pas banget aku dapat SMS dari Citilink, kalau penerbangan kami akan diundur jadi pukul 15.45. Oh, okelah, nggak apa-apa, hanya nunggu dua jam. Nggak masalah.

Holycow Bandara Halim
Masih wajah bahagia bisa liburan, makan siang di Holycow bandara Halim


Kami tiba di bandara Halim tepat pukul satu siang. Kemudian kami segera melakukan cek in. Setelah cek in, karena penerbangan delay, kami pun keluar untuk makan siang. Saat-saat ini kami masih bahagia akan LIBURAN. Masih bercanda tertawa-tawa, makan dengan bahagia. Kemudian, ketika waktu sudah pukul tiga sore, aku mengajak suami masuk ke ruang boarding. OK, di sinilah drama dimulai.

Begitu kami masuk ke ruang boarding, kami agak kaget, karena ruangan boarding ramai sekali. Sampai nggak ada bangku yang kosong. Bahkan puluhan orang berjejer duduk di atas tangga masuk. Saat itu kami belum berpikir apa-apa. Tapi kami sudah mendengar apa penyebab delay penerbangan kami, yaitu landasan yang mengelupas.

Kalian bisa baca beritanya di sini. Jadi, bandara Halim itu sebenarnya kan untuk latihan TNI AU ya, dengan kata lain pesawat-pesawat kecil. Sedangkan pesawat haji itu kan gede ya, namanya ngangkut ratusan orang yang mau naik haji. Dengan kata lain, bandara ini belum siap untuk menerima pesawat sebesar Boeing 777-3000, namun dipaksakan, entah atas pertimbangan apa.

OK, balik ke cerita. Karena tidak mendapatkan tempat untuk duduk menunggu, kami pun mencarinya di luar. Dan kebetulan kami dapat tempat menunggu di area lintasan penumpang BatikAir. Yang anehnya, semua penerbangan Citilink ditunda, BatikAir masih ada penerbangan. Karena selama menunggu, ada penerbangan BatikAir yang dipanggil. Kemudian ketika waktu sudah menunjukan pukul setengah empat sore, kami pun pergi lagi ke ruangan boarding Citilink. Tapi anehnya, penerbangan yang dipanggil masih yang penerbangan pagi. Akhirnya kami turun lagi, kali ini ke ruangan kantor Citilink yang letaknya tepat di area cek in.

Ruangan kecil berukuran sekitar 3m² ini masih lengang. Masih sedikit yang bertanya. Suami pun bertanya, kepastian kapan pesawat menuju Denpasar akan berangkat. Kali ini petugasnya menjanjikan akan berangkat pukul tujuh malam. WHAAAAT??

OK, menyadari kalau banyak penerbangan lain yang juga delay dan sebabnya, suami masih bisa menerima. Tapi sebenarnya, suami sudah agak sensi sih, apalagi ketika ditelponin sama orang rental mobil. Akhirnya kami membatalkan sewa mobil untuk hari ini, karena sepertinya percuma. Jadi kami meminta diantar mobilnya pagi-pagi saja langsung ke hotel. Ohiya, bicara mengenai hotel, aku pun harus menelpon pihak hotel untuk memberikan konfirmasi keadaan kami saat ini. Pihak hotel pun bisa mengerti dan akan menunggu.

Nah, untuk menghabiskan waktu selama itu, suami males nunggu di dalam, selain karena nggak dapat tempat duduk, rudet juga lihat banyaknya orang. Tidak ada penerbangan, tapi penumpang datang terus menerus. Numpuk kan, jadinya?!

Kami memutuskan untuk menunggu di salah satu restoran padang yang ada di luar, masih sekitaran bandara. Kebetulan suami bawa laptop, dan quota internet memadai, kami memutuskan untuk nonton film aja. Tapi nyebelinnya sih, sinyalnya putus nyambung gitu, nggak lancar, sering loading.

Tampangku udah lumayan kesel nungguin yak. Untung suami masih anteng. Hahaha....

novel AURORA
Sambil nungguin, aku curi-curi waktu sambil baca novel AURORA ku yang terbaru. Udah punya belum? ^^
Kemudian ketika waktu sudah menunjukan pukul enam sore, aku mengajak suami untuk masuk lagi. Suami pun setuju. Tapi begitu kami masuk, masih belum ada kepastian panggilan nih. Dan kami lihat, sudah banyak orang yang mondar-mandir ke ruangan kantor Citilink yang terletak di area cek in. Aku dan suami masih santai, masuk aja dulu ke ruangan boarding. Dan JEJENG! Padet Gilak! Memang ada penerbangan yang dipanggil, tapi itu penerbangan pagi! Warbiasah!

Drama pun semakin memuncak, ketika terdengar pengumuman, kalau beberapa penerbangan salah satunya menuju SOLO dibatalkan. Ricuh lah! Banyak yang ngamuk dan ngomel-ngomel. Lucunya lagi, sudah disuruh nunggu berjam-jam, terus dicancel, eh katanya bakalan dipotong 10% duit pengembaliannya. Ya Ampyuuuun!

Aku dan suami pun turun lagi, bermaksud ke ruangan kantor Citilink yang dekat area cek in. Tapi ternyata, sudah banyak yang ngantri di sana, panjaaang. Suami sudah gelisah di sini, tapi belum meledak. Kemudian tiba-tiba saja seorang manager Citilink keluar dari ruangan kecil itu sambil diikuti oleh puluhan orang yang marah. Satu orang dikelilingi puluhan orang yang kecewa. Puluhan orang yang protes. Dan di sini suami masih lihat situasi, tapi sebenarnya sudah panas, karena penerbangan menuju Denpasar belum ada kabarnya.

Sebenarnya aku tipe yang takut, dalam kondisi kayak gini, aku tuh udah mau nangis aja, padahal bukan aku yang dikerubungin. Gimana orang itu yak. Antara kasihan tapi sebel juga sih. Soalnya kan mereka pasti ditraining dong, untuk mengatasi situasi semacam ini, tapi nggak sigap banget. Malah numpuk masalah dari pagi. Orang itu ditekan, bahkan direkam, ditekan untuk menyetujui tuntutan mereka. Salah satunya adalah reschedule atau pengembalian uang tanpa ada potongan 10%.

Nah, dalam situasi ini aku sudah melihat satu pria ini nih, yang sebenarnya sejak beberapa jam yang lalu sudah sibuk mondar-mandir ke ruangan ini. Nanti, pria ini aku ceritakan di akhir tulisan ini ya. Hehehe....

OK, jadi memang, kesalahan bukan sepenuhnya dari pihak maskapai. Kesalahan ada pada pihak Angkasa Pura. Tapi di sini terlihat ketidak profesionalan kerja maskapai ini. Kalau sudah tahu hampir semua penerbangan delay, kenapa tidak dicut, dan dialihkan saja langsung ke bandara Cengkareng. Karena seperti yang kami dengar, pesawat menuju Denpasar itu sudah tiba sejak siang, namun karena tidak bisa mendarat, akhirnya mendarat di Cengkareng. Nah nah nah.... tahu begini kan, kami pasti sudah sejak siang berangkat ke Cengkareng, dan mungkin tidak akan delay selama ini atau kecewa sedalam ini.

Setelah ricuh orang-orang pada ngamuk, suami juga sudah mulai gelisah dan panas, kami pergi keluar lagi (ada kayaknya kami sepuluh kali bolak-balik melalui alat detektor, sepuluh kali diperiksa staf bandara, hahaha). Di luar, kami melihat salah satu petinggi Angkasa Pura sedang diwawancara oleh salah satu stasiun TV. Kami sempat nimbrung sebentar, sebenarnya suami yang penasaran. Untuk menenangkan suami, aku mengajak suami untuk sholat terlebih dahulu, karena dari ricuh-ricuh itu, waktu maghrib sudah lewat, dan sudah masuk isya.

Selesai suami sholat, suami masih sangat gelisah. Akhirnya aku disuruh duduk manis di ruangan tunggu dekat kantor Citilink tersebut. Suami pun menghilang selama satu jam. Begitu balik, sudah pukul delapan lebih dengan membawa berita gembira kalau penerbangan kami PASTI berangkat, yaitu pukul sepuluh malam. Pukul sembilan, pesawat berangkat dari Cengkareng. ALHAMDULILLAH. Dari berita itu aja, aku udah lega banget. Soalnya kan, kami sudah booking hotel di sana. Nggak bisa dibatalkan, dong? Kalaupun batal, bakalan diganti sama maskapai gitu?

Walaupun sudah mendapat kabar pasti, tapi emang suami orangnya nggak santai ya, dia masih aja gelisah, bolak-balik ke mbak cantik yang memakai seragam Citilink. Menanyakan kepastian. Ih, dasar. Itu kayaknya sekalian plus plus cuci mata, tapi dengan gaya suami yang judes ke mbak itu. Kasihan mbak-nya sebenarnya, soalnya suami itu kalau sudah kesal, mulutnya pedes, nggak memandang cewek apa cowok. Sama aku aja kalau udah ngomel pedes, gimana ke orang lain. Hahaha.... Tapi KADANG pedesnya suami ada benarnya, biar jadi orang nggak bego-bego banget gitu.

Selama menunggu, kami memutuskan keluar lagi (hahaha... iya, keluar lagi, berdiri aja di teras bandara). Ketika lagi menunggu, sementara suami nge-vape, keluar seorang pria yang tadi sempat aku singgung di atas. Pria ini keluar sambil menarik kopernya, dan handphone di tangan, terlihat sibuk. Dia pun menyapa suami dengan ramah. Oh iya, sebut aja namanya Ismail ya.

Ismail : "Jadi terbang, bro?" (nyapa suami)

Suami : "Alhamdulillah, jadi. Lo?"

Ismail : "Cancel." (tersenyum pahit)

Suami : "Tapi direfund?"

Ismail : "Iya, ini sudah diambil uangnya. Soalnya kalau menunggu besok atau seminggu lagi, belum tentu bisa."

Suami : "Dipotong 10%?"

Ismail : "Tidaklah, bisa panjang kalau dipotong 10%. Sebenarnya dari peraturan penerbangan, tidak ada itu yang namanya cancel. Biasanya di reschedule. Saya bekerja di airline juga, jadi sedikit banyak paham."

Suami : "Oh iya, makanya mau ngomel juga agak sedikit ragu, soalnya paham masalah ini ya."

Ismail : "Iya, tapi yang saya tidak suka, saya itu dibohongi. Jadi seharusnya jam 7 malam ini saya ijab qabul di Solo."

JEJENG. Di sini saya sama suami kompak syok.

Suami : "Seriusan, bro?"

Ismail : "Iya, serius."

Suami : "Terus acaranya batal?"

Ismail : "Tidaklah, tetap jalan. Ini lagi resepsi."

Aku dan suami kompak tertawa pahit, kasihan menertawakan ironi ini.

Ismail : "Jadi saya tuh sudah sampai di bandara ini dari jam 11 pagi. Ketika waktu penerbangan diundur, saya sudah minta untuk dimasukan nama saya dipenerbangan apapun selanjutnya menuju Solo, berapa pun akan saya bayar. Awalnya dibilang penuh. Tunggu penerbangan jam 4. Saya hitung kalau penerbangan jam 4, sampai sana jam 6, gerak cepat, dandan, bisalah mepet-mepet ngejar akad nikah. Saya sudah memohon-mohon untuk memasukan nama saya ke penerbangan di atas. Tapi dibilangnya saya harus turun ke bawah, ke kantornya. Pas saya turun ke kantornya, saya dibilang langsung ke atas aja. Pas saya ke atas, ternyata pesawat sudah berangkat. Di situ saya marah sekali karena dibohongi."

Ya ampun, miris sekali nasibmu, Bang. Mendengar ceritanya, mau tidak mau akhirnya kami saling berkenalan, bahkan kami saling tukar kartu nama. Jadi, suami sama abang ini jadi akrab karena mereka berdua kompak marah-marah di Customer Service. Suami kalau marah emang ngagetin sih. Makanya aku didudukin manis dulu biar nggak syok lihat dia ngamuk.

Nah, ini suami dan abang Ismail

Dengar dari ceritanya, abang ini akhirnya akan berangkat ke Solo esok paginya, semua hotel pun diatur ulang. Mungkin karena dia orang travel, jadi kenal banyak koneksi untuk mengatur semuanya ya, jadi nggak rugi-rugi amat.

Kedua mempelai mendapat ujian yang besar. Ismail yang harus berjuang agar bisa terbang sore itu, dan mempelai wanita beserta keluarganya yang menanti dengan panik dan mungkin menanggung sedikit malu karena harus berdiri seorang diri di atas podium pengantin. Yang sabar ya, aku doakan semoga pernikahan kalian berkah dan langgeng. Barokallahulaka wa baroka 'alaika wa jama'a bainakuma fii khoiir.... Kapan-kapan, inshaaAllah kalau ada rejeki dan ada umur, kami mampir di KL. (Oh iya, abang ini sudah 10 tahun tinggal di Kuala Lumpur dan punya usaha travel di sana).

Nah, sekarang giliran nasib kami nih, kami jadi nggak sih terbang ke Bali?

Alhamdulillah jadiii..., walaupun mundur jadi jam 11 malam. Tapi yang sedihnya sih, cuma dikasih dispensasi snack doang. Suami tambah kesel di sini. Snack gituan doang mah bisa beli. Tapi aku terima aja deh, berhubung perut laper. Suami juga akhirnya mau makan rotinya, soalnya setelah emosi, perut juga jadi lapar.

snack dispensasi. Sedih ya, nunggu 10 jam lho. Tapi syukuri saja

Setelah beberapa hari berlalu, sebenarnya jadi mikir juga. Selama ini penerbangan di bandara Halim selalu lancar, kenapa sih harus terjadi pada saat kami sedang merencanakan liburan? Dan saya mendapat kesimpulan kalau tidak ada hubungan dengan kami sebenarnya, tapi berhubungan dengan kondisi bandara. Kami hanya mendapat riak masalah yang kebetulan menumpuk dan meledak tepat saat penerbangan kami.

Setelah ngobrol-ngobrol sama teman, ternyata memang bandara Halim ini awalnya merupakan lahan sengketa antara BUMN dan pihak swasta. Namanya swasta nggak mau rugi dong. Makanya mengajukan untuk mengelola bandara menjadi area komersil. Masalah bandara Halim ini naik banding sampai ke pengadilan. Bisa dibaca di sini. Di dalam berita ini, dijelaskan kalau akan ada 70 penerbangan, dimana 58 merupakan penerbangan komersil.

Secara pribadi, aku senang banget ada bandara dekat rumah. Sangat memudahkan. Tapi ada teman yang nggak setuju, karena menurutnya, kalau negara sedang dalam keadaan gawat, masa penerbangan harus ngalah sama penerbangan komersil? Dia juga bilang, kekuatan ekonomi sebuah negara berbanding lurus dengan kekuatan militernya. Kalau kekuatan militernya lemah, bahkan sampai bisa didikte seperti ini, ya berarti kondisi ekonomi negaranya kurang lebih sama. Nah, sampai di sini, aku sih nggak mau banyak komentar ya, takut salah. Namun, melihat dari pendapat teman, mungkin dari kejadian ini, masalah bandara Halim akan dilakukan kajian ulang. Entahlah. Berharap aja yang terbaik untuk negara ini tanpa ada masalah kepentingan seseorang atau satu pihak.

OK, balik ke cerita. Kami akhirnya tiba di Denpasar pukul dua dini hari. Otomatis harus pesan taksi online. Karena Taksi resmi bandara sudah tutup, sedangkan yang ada malah ditembak harga gila-gilaan. Yah, dari pengalaman hari ini, lumayan seru bin nyebelin sih, untuk memulai liburan kali ini. Lalu ada apa di hari berikutnya? Tunggu ya postingan berikutnya. ^^




Komentar

  1. wah kalau aku mungkin sudah kesel banget ya, secara aku apling sebel disuruh nunggu lama

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, mbak, banyak yang ngamuk, mbak. Soalnya kesel juga, mbak, nunggu lama-lama ternyata di cancel. Kalau kayak saya tetap jadi terbang, ya okelah, yang penting masih jalan ya. Kalau yang dicancel? Aduuuh...

      Hapus
  2. Wah delay nya lama banget ya, ini kalo bawa anak kecil bisa rewel.
    Cerita tentang Ismail juga bikin miris, pengantin wanitanya pasti bingung bin panik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah itu mbak, untungnya sih saya lihat kemarin nggak ada anak kecilnya. Kalaupun ada, nggak yang kecil banget gitu

      Hapus
  3. Ooo.. ini toh cerita ttg gagal nikah. Lagian Bang Ismail dah tau yg punya hajat kenapa berangkat di hari H sih?

    Udah tau maskapai kita sering delay. Kan kan kasian manten ceweknya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kayaknya dia kerja dulu mbak, atau dia ada urusan dulu di Jakarta sama teman-temannya. Karena seingat aku, untuk acaranya dia ini, dia ngundang 15 orang temannya dari Jakarta dan KL

      Hapus
  4. Kesel emng kalo Delay begitu. Padahal maskapai Citylink sudah termasuk maskapai besar ya. Tapi untungnya bsa tetep narsis sambil liburan dan jadi sopir haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pengennya narsis juga pas saat chaos itu, mbak, tapi udah keburu kesel, jadi yang ada handphone kepakenya buat curhat doang di medsos. wkwkwkwkwk

      Hapus
  5. Maskapai kondisinya bingung juga sih ya, karena bukan kesalahan utama mereka. Yang terpenting pada akhirnya jadi liburan ya, Mba Ninna. Jangankan roti, ditukar dengan paket steak atau apapun emang nggak bisa ngegantiin semua agenda liburan yang udah kita atur.

    Oh ya, another point is... kalau nikah pulangnya jangan mendadak. Entah mungkin si abang manten izin cutinya singkat ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah, itu masih jadi pertanyaan besar sih, mbak Nita. Si abang manten kenapa pulangnya mendadak gitu. Hahahaha

      Hapus

Posting Komentar

Hallooo, senang banget kalian sudah mampir dan memberikan komentar di sini ^^

Popular

Keseruan Pertama Kali Bermain Ski di South Korea

Cruise to Alaska

1st Flight Kuala Lumpur part 2