Dinas ke Bali Plus Liburan Part 2

781
Halo, semuanya, apa kabar? Alhamdulillah, semoga selalu dalam lindungan Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang ya. Aamiin....

Yawis, tanpa perlu berpanjang-panjang ria. Aku terusin ya, kisah perjalanan aku ke Bali akhir Juli kemarin. Tapi bagi yang belum membaca kisah sebelumnya, bisa klik ke Dinas ke Bali Plus Liburan Part 1.

OK, kali ini aku akan menceritakan pengalaman hari pertama di Bali. Seharusnya hari kedua sih, tapi karena kemarin delay seharian di bandara, jadi anggap aja hari ini baru hari pertama ya.

Jadi, seperti yang sudah aku ceritakan sebelumnya, kami baru tiba di Bali sekitar pukul 2 dini hari. Setelah mengambil bagasi, suami sudah sibuk dengan telepon genggamnya untuk memesan taksi online. Tapi mungkin karena ada ketidaksepakatan, suami diminta untuk meng-cancel. Kami pun terus berjalan menuju lokasi antar jemput, sempat papasan dengan salah satu supir taksi dan menawarkan kami layanan taksi. Tapi harganya langsung ditembak, Bandara-Legian 175ribu bok! Tentu saja suami menolak. Akhirnya suami mencoba lagi untuk memesan taksi online. Supir taksi online menawarkan harga yang tidak sesuai dengan harga di aplikasi. Di aplikasi itu sekitar 35ribu, sedangkan dia menawarkan 110ribu. Ya sudahlah, suami terima saja, mengingat sudah pagi gini, mau naik apa lagi coba?

Tapi ternyata untuk naik taksi online ini, kami harus menghampiri ke lokasi mobil, yaitu di parkiran G. Jadi sekarang, antara taksi online dan konvensional sudah terjadi kesepakatan, hanya saja mereka boleh beroperasi dalam radius 300meter dari lokasi antar jemput, tepatnya di area parkir I dan G. Selain itu, mereka juga harus membayar sejumlah uang keamanan, jadi mereka berpikir wajar saja kalau mereka menaikan harga. Yawis, terserah, deh! Oh ya, harga 110ribu itu diluar harga tiket parkir 10ribu ya, jadi total menuju Legian dari bandara kami sudah habis 120ribu. Horeeee!

Begitu sampai di hotel, sekitar pukul setengah tiga dini hari, aku langsung cek in. Setelah cek in, suami meminta aku untuk menunggu sebentar sementara dia membeli makanan di mini market 24 jam terdekat, tepat di depan gerbang masuk hotel. Nggak beli macam-macam, kok, hanya mie cukup seduh air hangat, kacang, kripik dan tiga botol minuman dingin. Kami pun memakannya langsung begitu sampai kamar. Tepatnya setelah aku memasak air panas sih untuk menyeduh mie-nya. Dan itu rasanya... nikmat banget! Rasanya baru kali ini kami makan mie senikmat ini. Tiada duanya. Luas biasa. Magnificent. (Iya, aku tahu lebay. Maklumlah delay 10 jam nggak makan, dikasih roti sih, tapi laper lagi lah).

Setelah makan, aku berencana langsung tidur, tapi suami malah nyalain laptop, mau melanjutkan nonton film yang terputus di bandara. Dia juga bilang sih, sekalian nunggu subuh. Soalnya kalau tidur jam segitu pasti subuhnya kebablasan. Karena sedang libur, aku sih langsung tidur aja.

What a very long-hard-day....

****

Keesokan paginya, sekitar pukul setengah sepuluh, aku sudah terbangun. Sedangkan suami masih belum sanggup membuka matanya. Oleh sebab itu, aku pun membuat kopi dan makan roti sendirian, dengan ditemani siaran film di televisi. Rasanya tenaaaang.... Oh iya, kan lagi liburan. Pantesan ada sesuatu yang aneh. Iya, biasanya kan kalau tiap pagi ada aja yang dilakukan ya.

Ketika waktu sudah mendekati pukul 12 siang, aku pun membangunkan suami. "Chayank, hari ini kita mau kemana?" tanyaku.

Tentu saja suami sudah memiliki agenda, dong! Siang ini bebas kemana aja, yang penting malamnya dia harus ke Nusadua, ada urusan. Maka jadilah hari ini kami sepakat mau ke Kintamani. Yaaayyy!

Oh iya, sampai lupa memberitahu ya, akhirnya kami jadi rental mobil atau tidak.

Iya, jadi berhubung karena beberapa tahun terakhir ini suami sering event di Bali, suami sudah punya langganan rental mobil dong. Tapi berhubung awalnya kami hanya ingin menyewa mobil kecil, sekitar 125ribuan -- tapi ternyata sudah nggak ada, dan kami batal rental sebelumnya akibat delay pesawat seharian -- suami akhirnya nyewa mobil di tempat langganannya. Kami akhirnya nyewa Ertiga Matic dengan harga 250ribu per hari, di mana kalau di tempat lain itu harganya berkisar 300ribu per hari. Berhubung kami nyewa sampai tiga hari, bisa ketahuan dong berapa kami menghemat? ^^

Berangkaaat ^^

Bagi yang baru baca ini, jangan heran ya kalau aku yang nyetir mobilnya. Iya, suami memang nggak bisa nyetir. Well, technically he could, but mentally he couldn't. Atuh ngerilah dia nyetir mobil. Nyetir motor aja luar biasa bawanya. Hahaha.... Tapi bukan berarti mentang-mentang aku yang nyetir dia duduk anteng sih. Nggak lah, dia harus mau jadi navigatornya. Iyalaaah... masa udah aku yang nyetir di tempat asing, pusing juga sama GPS. Kita turunin aja apa di tengah jalan? 😈😈😈😈

Sebelum pergi ke Kintamani, kami harus makan siang dulu. Dan karena sudah selama dua tahun ini nggak ke Sanur Village Festival lagi, aku udah kangen mau makan MAKBENG. Wah, apa tuh?

Mari silakan duduk manis dulu. Saya ceritakan dari awal perjalanan ya.

Jadi, dari hotel, kami langsung menuju Sanur. Pantai sanur itu sebenarnya panjang, tapi pantai sanur yang kami maksud itu benar-benar ada tulisan di plangnya SANUR BEACH ya. Jadi kalau di papan petunjuk jalan sudah ada bacaan SANUR BEACH, sudah belok aja ke sana. Apalagi pas belokan itu ada hotel Grand INNA Bali Beach dan Dunkin Donuts. Jadi pasti nggak bakalan kelewat deh.

Kami memutuskan untuk parkir aja di salah satu mini market yang ada di depan gerbang masuk. Lagian mau masukin mobil ke dalam juga parkirnya suka susah. Oh iya, tidak lupa mampir ke minimarketnya sih, untuk sekedar beli minuman, biar nggak nebeng parkir banget gitu.

mini market Kemari Sanur
tampak depan mini market Kemari

mini market Kemari Sanur
situasi di dalam mini market

gerbang depan sanur beach
gerbang depan Sanur Beach

Kemari minimart ini lumayan punya kenangan tersendiri sih! Iya, berhubung aku pernah dua minggu nginep di sekitaran Sanur selama suami kerja untuk event Sanur Kreatif Expo tahun 2013 lalu, minimart ini bisa jadi semacam pelarian saya buat lihat-lihat. Hehehe.... Pasti kalian setuju, deh! Pergi kemana pun, ke tempat asing kayak apa pun, bakalan mendadak jadi ringan kalau ngelihat ada minimarket. Apalagi kalau daya survival-nya lemah kayak saya. Nggak apa-apa deh, ditinggal di tempat terpencil, yang penting ada minimarket yang lengkap. Nggak bakalan rewel, deh!

Oke, setelah belanja minuman, kami pun masuk melewati gerbang Sanur beach. Menuju Makbeng. Yaaayy!

Jadi, Makbeng adalah sebuah warung makan kecil, yang anehnya pengunjungnya ramai melulu. Padahal harganya juga nggak murah-murah amat, 45ribu perporsi.

Makbeng Sanur Beach
The one and only Menu at Makbeng

Seperti bisa dilihat di foto, menu Makbeng ini hanya terdiri dari nasi, ikan laut goreng, sup ikan yang seger banget dan sambal yang super pedes. Ikan lautnya enaknya nggak bau amis, digoreng garing gitu. Supnya juga seger banget, ada potongan ketimun di dalamnya. Mungkin itu yang membuatnya jadi segar ya.

Nah, setelah kenyang, kami pun segera berangkat menuju Kintamani. Kalau ngomongin Kintamani, jadi ingat pengalaman tahun 2013 lalu juga. Ketika aku dan suami liburan ke Bali dan menyewa mobil untuk pertama kalinya. Padahal saat itu kondisi kami sedang tidak memungkinkan untuk liburan. Tapi yang enaknya sih, selama kami liburan di Bali saat itu, kami asyik nonton berita di televisi tentang banjir bandang di Jakarta. Hehehe.... Kisah selengkapnya bisa dibaca di sini.

Cuaca selama perjalanan mendadak hujan. Nggak mendadak juga sih. Hanya saja karena hujan ini, situasi di sekitar kami jadi berkabut. Jarak pandang tuh bener-bener pendek, nggak lebih dari lima meter. Makanya selama perjalanan tidak lupa menyalakan lampu jauh dan jalan pelan-pelan. Untung saja selama perjalanan, kami ditemani oleh siaran radio Pinguin gitu, atau Pink Queen ya. Aku sih, awal dengarnya Pinguin, tapi pas akhir-akhir kedengaran Pink Queen, nggak tahu yang mana yang benar. Siaran radionya cukup bagus. Kebetulan pembawa acara selain memutar lagu-lagu barat, juga memiliki tema sendiri, yaitu "Lima Ter-", seperti 'Lima ibu negara tercatik', ' Lima buah termahal di dunia', Lima rumah tradisional terunik', dll. Jadi cukup menghibur kami selama dalam perjalanan menembus kabut tebal kala itu.

Sekitar pukul lima sore, akhirnya kami berhasil sampai di Lakeview restoran. Kami mau makan, sudah lapar lagi, tapi makan di restoran ini juga percuma, karena kan pemandangannya tertutup kabut. Akhirnya kami turun ke bawah, menuju Danau Batur Hot Spring. Kami mau berendam air panas. Yaaayy! Tenang aja, sudah nyiapin handuk dan baju renang kok!

Dalam perjalanan menuruni lereng, jalanannya sangat berliku-liku, agak bikin puyeng sih! Sudah gitu kecil, untung saja kami jarang papasan dengan mobil lainnya. Sampai akhirnya sekitar setengah jam lebih, kami tiba juga di dasar lembah. Kami langsung menuju Danau Batur Hot Spring. Alhamdulillah. Begitu turun dari mobil, udara di sekitar danau cukup dingin, seperti di puncak. Tidak lupa aku membawa tas merah berisi handuk dan baju renang serta peralatan mandi. Tapi ternyata, pas sampai di pintu masuk hot spring ada tulisan, "Wanita datang bulan dilarang berendam." Jejeng!

Asliii... langsung drop. Emang sih, waktu mens aku sudah tinggal sedikit, jadi pasti aman. Tapi pas dipikir-pikir, mungkin bagi orang lain jijik ya.... Ya sudahlah..., terima saja. Belum rejeki. Tapi karena nggak mau rugi juga, kami selfie-selfie doooong!


Danau Batur Bali

Danau Batur Bali

Danau Batur Bali

nggak lupa selfie ^^


Nah, udah kan tuh, selesai selfie-selfie, kami berdua langsung naik lagi ke mobil. Oh iya, udara di Danau Batur ini lumayan dingin lho. Jadi ada baiknya kalau mau ke sana pakai sweater, kardigan atau pakaian yang lebih tebal.

Sebenarnya, dalam perjalanan menuju Danau Batur Hot Spring, aku sempat waswas sih. Mikirnya, "Aduh, nanti kalau naiknya sendirian gimana? Kanan-kiri-depan-belakang gelap gulita." Eh, ternyata pas kami balik, walaupun sudah pukul enam sore, sinar matahari masih bersinar, walaupun sudah malu-malu di balik awan. Dan mobil kami ditemani oleh satu mobil di depan dan satu mobil di belakang. Kayak dikawal yak! Alhamdulillah.

Perjalanan pulang bisa dibilang lebih parah dari perjalanan tadi berangkat. Enggak tahu ya, mual kelok-keloknya itu justru lebih terasa. Asli, pengen mejemin mata banget! Suami aja nyerah nggak bisa lihat hape lagi karena dia ikutan pusing. Tapi tahan aja lah, toh selama-selamanya paling cuma setengah jam. Untungnya lagi sepi, jadi di perjalanan pulang juga nggak banyak papasan sama mobil lainnya. Setengah jam menahan pusing, akhirnya kami sampai di atas, kabut masih menguasai medan. Terlihat Lakeview Restoran, mau istirahat di sana juga percuma, nggak kelihatan pemandangan toh? Jadi kami memutuskan untuk mencari restoran lain aja di sekitaran Ubud. Tapi diinget-inget lagi, seindah apa pun, kayaknya percuma deh kalau datang malem. #sigh

Kami sempat mampir di pom bensin untuk ke toilet, kalau aku sekalian ngusap balsem di perut dan tengkuk. Ketahuan sudah umur. Emang ya, mau seawet muda apa pun wajah, tetap aja kondisi badan mah nggak bisa dibohongin sama umur. Kemudian kami sempat diskusi lagi mau makan di mana. Pusing-pusing, ujung-ujungnya suami bilang mau makan aja di Pizza Hut Sanur. #Gubrak

Pizza Hut Sanur Beach
Ini dia Pizza Hut Sanur tempat makan malam.
Hahaha..., jauh-jauh mentoknya ke sini lagi

Sebenarnya begitu sampai Pizza Hut, aku agak lega juga, soalnya hitungannya lima jam nyetir nonstop. Jadi agak kleyengan, lapar juga. Tapi berhubung masih ada agenda berikutnya, makanannya nggak dihabisin, ada beberapa pizza yang dibungkus pulang. Setelah itu langsung cabut lagi ke Nusadua.

Sebenarnya sampai dengan detik itu, aku belum tahu di Nusadua lagi ada event apa. Walaupun dengar namanya, tapi nggak kebayang juga eventnya kayak apa.

Nusadua Light Festival

Terdengar biasa aja ya nama eventnya. Tapi ternyata, eventnya itu photo-able banget! Eventnya sendiri diadakan sudah lebih dari sebulan lho. Tepatnya tanggal 30 Juli besok merupakan hari terakhir. Dan selama sebulan ini, lokasi acara tetap aja ramai oleh pengunjung, setidaknya 2000 pengunjung sehari deh! Udah gitu, pengunjung masuk ke sini nggak gratis. Ada biaya masuknya. Kalau hari biasa Senin-Kamis itu 25ribu. Sedangkan Jumat, Sabtu, Minggu dan hari libur 30ribu. Wow, banget kan! Makanya nggak heran kalau eventnya untung banget. Alhamdulillah. Tapi itu bukan event suami, suami hanya konsultannya ternyata. Ngebantu diawal aja, bagian nunjuk-nunjukin orang yang berpotensi untuk mengurus event ini. Yah, ikut senangnya aja sih, eventnya bisa sukses besar.

Nusadua Light Festival

Nusadua Light Festival

Nusadua Light Festival

Nusadua Light Festival

Nusadua Light Festival

Nusadua Light Festival

Nusadua Light Festival

Nusadua Light Festival
Namaku Herculia #bukantypo 😂😂😂

Nusadua Light Festival

Nusadua Light Festival

Nusadua Light Festival

Nusadua Light Festival

Nusadua Light Festival
Ga lengkap kalau ga selfie #nyengir

Nah, itulah keseruan Nusadua Light Festival ini. Semoga tahun depan ada lagi ya, dan eventnya sukses lagi seperti sekarang. Aamiinn.... Terakhir, ada bonus video seru nih. Hihihihihi....



Komentar

  1. Wkwkkw delay seharian terus dikerjain taxi online dan bla bla bla akhirnya terbayar ya dengan pemandangan yg indah dan menarik mata. Wah bener juga tuh mending rental mobil 3 hari ketimbang harus dikit2 naksi ya wkwkwk. Have fun lah apalagj ketemu mie pling enak sedunia haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahahaha... iya, mbak Febri, luar biasa deh hari pertama itu. Betul mbak. Biasanya saya sewa motor aja, paling keliling sekitaran kuta atau legian. Tapi karena besok mau ke nusa dua, dan itu jauh dari hotel, jadilah rental mobil ^^

      Hapus
  2. Asik ya udah 2 tahun ga ke Sanur Village Festival akhirnya kesampaian lagi Nin.. nyewa mobil Ertiga 3 hari hanya 750rb wah lumayan hemat 150rb jadinya ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dan ternyata pas suami mau bayar, didiskon lagi lho mbak jadi 700ribu kurang kalau ga salah

      Hapus
  3. memang bali emang udah jadi tempat liburan favorit

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, kalau saya sih untung ya, sekalian ikut suami dinas :D

      Hapus
  4. Nggak bisa berendam jadi lihat2 view aja ya, Mba Nin. BTW Sanur Festival itu macam festival lampion ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bukan, mbak. Sanur Village Festival itu lebih ke culinary and art festival. Awalnya cuma ada panggung gede dikelilingin sama stand makanan. Di panggungnya ini banyak banget artis kerennya. Isyana pernah tampil di sini. Waktu itu belum setenar sekarang, jadi dulu aku belum terlalu ngeh. Gratis lagi, mbak, masuknya. Paling buat beli jajanan aja

      Hapus

Posting Komentar

Hallooo, senang banget kalian sudah mampir dan memberikan komentar di sini ^^

Popular

Keseruan Pertama Kali Bermain Ski di South Korea

Cruise to Alaska

1st Flight Kuala Lumpur part 2